Suatu kebahagiaan bagi kita saat menerima penghasilan dari pekerjaan yang dilakukan. Penghasilan yang berupa gaji, upah, atau keuntungan dari usaha yang dikerjakan tersebut menjadi hak dan milik kita, untuk memenuhi kebutuhan diri kita serta keluarga tercinta. Bahkan tidak hanya dari penghasilan saja, kita pun terkadang mendapat hadiah, bonus, atau pemberian dari orang lain. Setiap berkat yang halal dan baik yang kita terima, merupakan anugerah TUHAN yang harus kita syukuri.
Sebagai bentuk syukur dan terima kasih karena berkat yang diterima, kita wajib mempersembahkan sebagian dari berkat tersebut kepada TUHAN dan berbagi berkat kepada sesama yang membutuhkan. Nah, bagaimana kita mempersembahkan syukur kepada TUHAN dari sebagian berkat yang kita terima tersebut? Dalam iman Kristen, salah satu bentuk persembahan tersebut adalah persembahan persepuluhan. Persembahan persepuluhan dapat kita serahkan ke Gereja, tempat kita beribadah dalam membangun iman bersama Jemaat yang lain.
Persembahan persepuluhan merupakan sepersepuluh bagian dari berkat yang kita terima. Misal, kita menerima berkat uang sejumlah satu juta rupiah, maka kita mempersembahkan persepuluhan tersebut sejumlah seratus ribu rupiah. Setiap persembahan persepuluhan yang diberikan oleh Jemaat ke Gereja, akan dikelola dengan baik oleh Gembala Sidang beserta Pengurus Gereja.
Dalam Kitab Maleakhi 3: 10-11, tertulis: “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.”
Melalui kutipan ayat Alkitab tersebut di atas, kita belajar sebuah kebenaran dari persembahan persepuluhan, yaitu:
Suatu hari, Penulis mendengar kesaksian dari seorang sahabat dari pengalaman hidupnya. Ketika dia mencoba menghitung pendapatan dan pengeluaran keluarganya, dari hasil penghitungan uang yang dia keluarkan pada satu bulan tertentu ternyata melebihi pemasukan uang yang dia terima. Dia terheran dan tidak percaya, darimana kelebihan uang yang dia pakai untuk memenuhi kebutuhan pada bulan tersebut? Beberapa bulan kemudian, dia mencoba menghitung lagi, dan hasilnya sama, pengeluaran melebihi dari pemasukan yang diterima. Hingga akhirnya dia berhenti menghitung, karena dia menyadari bahwa ada Tangan TUHAN Yang turut memenuhi kehidupannya. Ada mujizat yang menyertai dia dan keluarganya.
TUHAN sangat sayang kepada kita umat-NYA, dan TUHAN sangat ingin memberkati kita di dalam keluarga, pekerjaan, pendidikan, dan kehidupan lain yang dapat kita nikmati di dalam anugerah-NYA.
AMIN, TUHAN memberkati.
Penulis: Arimurti Asmoro, S.Pd., M.Pd
Beri Komentar