Seorang pendidik dituntut untuk konsisten mengembangkan dirinya, yaitu meningkatkan kompetensinya sebagai tenaga pendidik yang profesional, baik pengetahuannya (knowledge) sekaligus ketrampilannya ( skill).
Pengembangan diri tersebut tentu berkaitan dengan kompetensi disiplin ilmu yang dimiliki, dan juga kemampuan memanfaatkan teknologi kekinian untuk mendukung aktivitas pembelajaran.
Saat ini, skill mengajar tentu tidak boleh lepas dari kemampuan seorang pendidik menguasai teknologi Informatika didalam menunjang proses pembelajaran ataupun dalam mendukung administrasi pembelajaran.
Memasuki abad 21 ini, seorang pendidik yang belum mempunyai kemampuan IT yang mumpuni, bagaikan seorang pendidik yang mengajar peserta didik ( baca siswa ) di abad 19.
Apalagi kini gaung dari era 4.0 telah menggema seantero jagatraya ini, sehingga mensyaratkan setiap pendidik untuk terus dituntut untuk mengembangkan dirinya dengan kemampuan mengoperasikan perangkat komputer.
Bagaimana upaya seorang pendidik untuk senantiasa mengembangkan dirinya ?. Jawaban dari pertanyaan tersebut dapat diuraikan oleh penulis atas dasar pengalaman yang telah dijalaninya, paling tidak dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Tentu tulisan ini bukan menguraikan secara detail dasar-dasar teoritisnya, namun sekali lagi atas dasar pengalaman pribadi yang telah dilaksanakan secara nyata dalam aktifitasnya sebagai seorang pendidik.
Paling tidak terdapat tiga cara yang bisa ditempuh untuk pengembangan diri, yaitu : Belajar mandiri, In House Training, dan Training On-Line.
Belajar “Mandiri”
Belajar secara mandiri dapat dilakukan dengan beragam cara dan aktifitas, bisa dengan cara literasi maupun berselancar lewat internet. Penulis, lebih sering melakukannya dengan mengikuti tutorail dari channel youtube, ataupun acapkali mengikuti kegiatan video conference (vicon) yang saat ini rutin diselenggarakan oleh IGI (Ikatan Guru Indonesia).
Beruntung penulis masuk didalam suatu group WhatsApp yang rutin mengiformasikan tentang kegiatan Vicon ini. Dengan beragam topik yang dibahas, semakin menambah wawasan penulis dalam hal-ihwal yang berhubungan dengan tupoksinya. Sangat menarik lagi, karena nara sumbernya memang dari kalangan pendidik.
Dengan belajar mandiri ini, penulis juga mampu merancang media pembelajaran interaktif melalui program Flash Profesional CS6 yang sukses diaplikasikan. Kunci keberhasilan melalui belajar mandiri adalah kesabaran, kerja keras, dan tidak mudah menyerah, trial and error pasti akan terjadi. Dengan belajar mandiri meski mempunyai kebebasan waktu belajar namun diharapkan tetap memasang target atau hasil belajar yang ingin dicapai.
In House Training.
Terus terang penulis tidak antusias untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan melalui In House Training. Meskipun dalam kegiatannya peserta bisa secara langsung berinteraksi dengan nara sumber.
Namun, karena untuk mengikutinya seringkali harus meninggalkan tugas mengajar, menjadi kendala utama mengapa penulis enggan mengikutinya. Oleh karenanya, selama 3 tahun terakhir ini, jelas tidak ada satupun hasil karya yang dapat dihasilkan dari cara tersebut.
Training On-Line
Sangat tidak berlebihan jika penulis berhasil meraih beberapa sertifikat pelatihan melalui training on-line. Baik melalui e-training yang diselenggarakan IGI maupun kegiatan yang diselenggarakan oleh Seameo ataupun Seamolec, ataupun training on-line yang diselenggarakan oleh PPPPTK Matematika (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika). Dari pelatihan-pelatihan On-Line tersebut penulis telah mampu membangun suatu blog pembelajaran, yaitu 🙁 http://memedwachiantosmkn10.blogspot.com/).
Aplikasi LMS Moodle, Aplikasi LMS Schoology ( ilmunya penulis peroleh dari mengikuti pelatihan Training Online Guru Melek IT ), LMS Google Class Room juga telah penulis kuasai sehingga pembelajaran mandiri on-line bagi siswa-siswa yang saat ini menjalani Pembelajaran Jarak Jauh bisa berlangsung dengan lancar.
Beberapa game pembelajaran baik yang dirancang melalui Power Point maupun Construct 2, membuat presentasi pembelajaran dengan Prezi, melakukan koreksi soal pilihan ganda dengan menggunakan aplikasi Zipgrade, menggunakan Plickers sebagai variasi media pembelajaran, telah diaplikasikan secara nyata. Semuanya itu penulisa dapatkan dari mengiktui pelatihan Training Online Guru Melek IT.
Merancang media pembelajaran dengan VideoScribe, merancang info grafis melalui Canva menjadi tambahan ilmu yang sangat bermanfaat. Penulis juga telah lulus dari pelatihan VCT ( Virtual Coordinator Training ) Indonesia batch 3, yang diselenggarakan oleh Seameo — Seamolec. Dan juga tuntas mengikuti kegiatan membuat multimedia pembelajaran interaktif dengan menggunakan aplikasi SAC (Smart Apps Creator 3). Disusul kemudian merancang video pembelajaran melalui Camtasia dan Filmora, menjadi modal berhaga membangun pembelajaran di era “Merdeka Belajar”.
Penutup
Penerapan nyata dari mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya adalah, penulis mempunyai pengalaman membuat materi belajar berbentuk video pembelajaran bagi siswa, dan telah terpasang di kanal Youtube “Indahnya Berbagi”.
Sedangkan buah karya dari panduan tutorial Youtube untuk kalangan sesama pendidik diantaranya yang telah penulis kumpulkan dalam Playlist Youtube adalah : mudahnya merancang Blog Pembelajaran, merancang pembelajaran berbasis Android, mudahnya merancang kelas maya dengan Google Class Room, merancang penyusunan soal PTS dengan memanfaatkan Google Form, mudahnya merancang lembar kegiatan peserta didik (LKPD) interaktif dengan Liveworkshet, dan mudahnya membuat video pembelajaran dengan Camtasia 7, disusul kemudian mudahnya melakukan editing dengan aplikasi Filmora X.
Guru memang tidak ada kata berhenti untuk terus melakukan inovasi dalam pembelajarannya. Karena revolusi industri mengharuskan guru senantiasa berinovasi, atau tunggulah tergerus lalu dianggap jadul. Bidang studi yang masih diajarkan dengan pola-pola lama akan membuat suasana kelas mencekam, jauh dari harapan koneksitas ilmu dengan kehidupan.
Apalagi pada era pandemi ini, apa yang bisa dilakukan seorang guru tanpa mempunyai sepenggal ilmu IT ? Membiarkan siswa terus dicekam kebosanan karena materi berkutat hanya berupa teks dan siswa diharapkan membaca materi yang dibagikan dan kemudian memberikan sekedar tugas se-kenanya dan seadanya.
Inovasi guru bukan hanya untuk kepentingan kompetisi namun harus membentuk skill kreatif bagi siswa sebagai bagian dari kompetensi kemampuan berpikir tingkat tinggi. Maka inovasi pembelajaran juga harus menjadi inserting learning process.
Monggo, terus mengembangkan diri rekan-rekan !.
Penulis : Memed Wachianto, Guru Matematika SMKN 10 Semarang
Beri Komentar