Semarang-SMKN 10 Semarang terus berkomitmen menjadi pelopor inovasi dalam pendidikan vokasi. Salah satu langkah nyata diwujudkan melalui Workshop Pengorganisasian Teaching Factory yang digelar pada 19 November 2024 di Ruang Baitha Adiguna. Acara ini menghadirkan narasumber ahli, Dr. Dwi Yunanto, M.Pd, dari BBPPMPV Seni dan Budaya Yogyakarta. Peserta kegiatan terdiri atas ketua dan sekretaris konsentrasi keahlian, guru produktif, serta tim manajemen SMKN 10 Semarang.
Dr. Dwi Yunanto memulai pemaparannya dengan menjelaskan tren nasional pengembangan SMK, yang menjadi landasan bagi implementasi Teaching Factory (TeFa). “Kurikulum harus disusun bersama industri, dengan fokus pada pembelajaran berbasis proyek, sertifikasi kompetensi, dan pelatihan teknologi terkini untuk guru. Semua ini bertujuan menyelaraskan kompetensi siswa dengan kebutuhan dunia usaha dan industri,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa Teaching Factory adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan proses produksi atau jasa sesuai standar industri ke dalam kurikulum sekolah. Dengan TeFa, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga terlibat langsung dalam proses produksi nyata. “Tujuan utama TeFa adalah meningkatkan kesiapan kerja siswa dan membentuk karakter kerja sesuai tuntutan industri,” tambahnya.
Dr. Dwi juga menguraikan tiga kategori utama implementasi TeFa, yakni berbasis pemenuhan kompetensi siswa, kebutuhan masyarakat, dan kemitraan dengan dunia kerja. Setiap kategori memiliki fokus yang berbeda, mulai dari pengembangan kompetensi siswa hingga kolaborasi produksi massal bersama mitra industri. “Kolaborasi ini harus melibatkan riset terapan, update teknologi, dan pelatihan bagi guru kejuruan di industri agar sekolah dapat terus relevan dengan perkembangan zaman,” ujarnya.
Selain itu, peserta workshop diajak memahami manfaat strategis TeFa, seperti peningkatan keterampilan teknis dan soft skills, pemahaman budaya kerja industri, serta penyelarasan kompetensi siswa dengan kebutuhan pasar kerja. “TeFa bukan sekadar model pembelajaran, tetapi solusi nyata untuk menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan industri,” tegas Dr. Dwi.
Kepala SMKN 10 Semarang, Ardan Sirodjuddin, M.Pd., menyambut baik kegiatan ini. Dalam sambutannya, ia mengungkapkan harapannya agar workshop ini menjadi langkah awal yang konkret bagi setiap konsentrasi keahlian di sekolah. “Dengan workshop ini, saya berharap para ketua jurusan mampu merancang pembelajaran Teaching Factory yang relevan di jurusan masing-masing. Ini adalah bagian dari upaya kita menciptakan lulusan yang kompeten dan siap bersaing di dunia kerja,” ungkap Ardan.
Acara ini juga membuka ruang diskusi interaktif antara narasumber dan peserta. Para guru konsentrasi keahlian aktif berdialog mengenai implementasi TeFa di jurusan masing-masing, terutama dalam hal kemitraan dengan industri. Diskusi ini menghasilkan sejumlah rencana strategis yang diharapkan mampu meningkatkan efektivitas pengelolaan Teaching Factory di SMKN 10 Semarang.
Dengan adanya workshop ini, SMKN 10 Semarang semakin optimis dalam mewujudkan visi sebagai SMK unggulan di Jawa Tengah. Melalui penerapan Teaching Factory, siswa tidak hanya dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja tetapi juga menjadi pionir inovasi dalam industri.
Penulis : Muhammad Yunan Setyawan, S.Pd, Ketua Pokja PK SMKN 10 Semarang
SMKN 10 Semarang selalu semangat memberikan yang terbaik
Menyiapkan lulusan yang mempunyai ketrampilan s esuai standar industri
Beri Komentar