Info Sekolah
Minggu, 27 Apr 2025
  • Guru SMKN 10 Semarang Juara 1 Lomba Guru Inovatif dan Dedikatif Tingkat Jawa Tengah ##SMKN 10 Semarang Juara 3 Jambore GTK Hebat 2024 Kategori Kepala SMK Inovatif

Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Peserta Didik SMK Negeri 10 Semarang

Diterbitkan :

Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi yang terus berkembang sesuai dengan perubahan zaman. Menurut Kridalaksana (2008), bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dalam konteks ini, bahasa mengalami perkembangan yang dinamis, terutama di kalangan remaja, yang sering menciptakan dan menggunakan variasi bahasa tertentu sesuai dengan kebutuhan sosial mereka. Variasi ini dikenal sebagai bahasa kekinian atau bahasa gaul. Bahasa gaul sendiri adalah ragam bahasa yang digunakan oleh kelompok tertentu dalam situasi informal. Bahasa ini sering kali mengandung kata-kata baru atau bentuk-bentuk yang menyimpang dari kaidah bahasa baku.

Di era digital saat ini, peserta didik SMK Negeri 10 Semarang banyak menggunakan bahasa gaul dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam interaksi langsung maupun melalui media sosial. Bahasa gaul tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial remaja yang selalu berkembang. Penggunaan bahasa ini sering kali muncul dalam berbagai situasi, seperti percakapan di lingkungan sekolah, diskusi di grup media sosial, hingga dalam pembuatan konten digital yang mereka bagikan. Beberapa contoh bahasa gaul yang populer di kalangan mereka antara lain “bestie” untuk sahabat, “gaskeun” untuk ajakan melakukan sesuatu, “santuy” yang berarti santai, “panik nggak tuh” untuk menyatakan situasi yang mengejutkan, “mabar” untuk main bareng dalam game, “mager” yang berarti malas untuk melakukan kegiatan apa pun, “anjir” biasanya digunakan untuk ekspresi keterkejutan, kekaguman, dan reaksi terhadap hal-hal yang lucu. Selain contoh-contoh di atas, masih banyak lagi bahasa gaul yang digunakan oleh peserta didik dalam komunikasi sehari-hari.

Penggunaan bahasa gaul di kalangan peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah pengaruh media sosial yang mempercepat penyebaran istilah-istilah baru dari berbagai platform seperti TikTok, Instagram, Twitter, dll. Lingkungan pergaulan juga berperan penting, karena remaja cenderung menyesuaikan cara berbicara agar diterima dalam kelompoknya. Selain itu, bahasa gaul digunakan karena lebih singkat dan efisien dibandingkan bahasa baku, seperti istilah “mager” yang lebih praktis daripada “malas gerak”. Tidak hanya itu, penggunaan bahasa gaul menjadi bentuk ekspresi diri yang unik bagi remaja. Dengan menggunakan bahasa ini, mereka dapat menunjukkan identitas dan kepribadian mereka dalam lingkungan sosialnya. Penggunaan istilah-istilah baru yang terus berkembang mencerminkan kreativitas dan daya adaptasi mereka terhadap perubahan zaman. Selain itu, bahasa gaul juga menjadi sarana untuk menciptakan kesan santai dan akrab dalam percakapan, sehingga interaksi sosial menjadi lebih cair dan tidak kaku.

Di samping sebagai bentuk ekspresi, bahasa gaul juga berfungsi sebagai alat untuk mempererat hubungan sosial dalam kelompok sebaya. Dalam pergaulan sehari-hari, remaja cenderung   menggunakan bahasa yang sama dengan teman-temannya agar lebih diterima dalam kelompoknya. Bahasa gaul menciptakan rasa kebersamaan dan solidaritas, di mana mereka merasa lebih dekat satu sama lain karena memiliki cara berkomunikasi yang khas. Hal ini juga membuat mereka lebih mudah membangun hubungan sosial yang erat dan meningkatkan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain.

Namun, meskipun bahasa gaul memberikan dampak positif dalam kehidupan sosial remaja, penggunaan yang berlebihan tanpa memahami konteks dapat menimbulkan tantangan, terutama dalam lingkungan akademik dan profesional. Oleh karena itu, penting bagi peserta didik untuk memahami kapan dan di mana bahasa gaul dapat digunakan, serta bagaimana menyeimbangkannya dengan penggunaan bahasa formal agar keterampilan komunikasi mereka tetap terjaga dalam berbagai situasi.

“Ciptakan Inovasi, Tebarkan Manfaat”

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Dyah Wiyati Kusumaningtyas, S.Pd., Mahasiswa PPL PPG Unissula

Penyunting: Tim Humas dan Literasi

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Beri Komentar