Model pembelajaran Jigsaw merupakan jenis pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, dimana kelompok tersebut beranggotakan beberapa orang dan bertanggung jawab untuk menguasai bagian materi yang telah ditentukan dan selanjutnya harus mengajarkan materi yang telah dikuasai kepada kelompok lain (Sudrajat 2008).
Model pembelajaran jigsaw Siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang heterogen dan saling ketergantungan secara positif serta bertanggung jawab secara mandiri (Yuzar 2010). Pembelajaran ini mendorong Siswa untuk mengemukakan dan mengelola informasi sehingga Siswa secara langsung mampu untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dari materi yang telah dipelajari (Rusman, 2008). Jika diimplementasikan dengan benar, metode pembelajaran jigsaw mempunyai tujuan yang sangat bagus untuk Siswa, apalagi cara belajar dengan metode ini cenderung fleksibel dan bisa diterapkan di semua jenjang pendidikan.
Kemandirian Siswa dapat terasah dengan baik karena Siswa diarahkan tidak langsung menerima materi dari Gurunya, tetapi berusaha menggali informasi yang telah didapat. Dengan demikian rasa tanggung jawab Siswa akan terlatih dengan sendirinya sebab Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memahami dan menyampaikan materi ke kelompok lain, sehingga hal tersebut akan memunculkan kerjasama antar kelompok kecil dalam kelas. Perasaan kompak bisa membuat kelas lebih aktif dan semangat belajar semakin tinggi.
Pembelajaran ini mendorong Siswa untuk mengemukakan dan mengelola informasi sehingga Siswa secara langsung mampu untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dari materi yang telah dipelajari. (Rusman, 2008). Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas (Agus Suprijono, 2009: 46).
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancang dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Udin Saripudin Winataputra, 1997:78).
Menurut Noor Yasin (2015) “Rendahnya hasil belajar Siswa dalam pembelajaran otomotif , bukan semata-mata karena materi yang sulit, namun bisa disebabkan oleh proses pembelajaran yang dilaksanakan. Pentingnya proses pembelajaran ini ditegaskan oleh Purwanto (2010) yang menyatakan, betapapun tepat dan baiknya bahan ajar otomotif yang ditetapkan, belumlah menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan otomotif yang diinginkan. Salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah model proses belajar yang dilaksanakan.
Menerapkan cara perawatan sistem kemudi dan power steering adalah rangkaian Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan Ringan, setelah mengenal konsep, komponen, fungsi dan cara kerja kompetensi lanjutan adalah diagnosa dan perbaikan sistem kemudi power steering.
Penerapan Pembelajaran Kompetensi Dasar TKRO Menerapkan cara perawatan sistem kemudi dan power steering menggunakan model Jigsaw diterapkan dengan menggunakan 6 Sintak (langkah) pembelajaran sebagai berikut :
Sub materi yang didiskusikan dalam kompetensi perawatan sistem kemudi dan power steering adalah:
Guru membantu Siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil konsep yang telah didiskusikan. Hasil penerapan proses pembelajaran kompetensi dasar TKRO menerapkan perawatan sistem kemudi dan power steering menggunakan model Jigsaw mampu menarik perhatian dan minat Siswa sehingga dapat meningkatkan hasil pencapaian kompetensi baik pengetahuan dan keterampilan.
Pembelajaran Jigsaw memberikan dorongan Siswa dalam peningkatan pencapain karakter (PPK) diantaranya percaya diri, integritas, dan mandiri serta melatih pencapaian ketrampilan kritis, kreatif, kolaboratif dan komunikatif.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Johan Hanifah, S.Pi., Guru Produktif Teknik Kendaraan Ringan
Editor: Tim Humas
Semangat berkarya
Semoga bermanfaat
Beri Komentar