Angka 0 (nol) ditemukan oleh Al- Khawarizmi yang memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi. Ilmuwan ini lahir di kota Khawarizm Uzbekistan tahun 780 M. Al-Khawarizmi dikenal sebagai bapak Aljabar dan penemu angka 0. Angka 0 merupakan sebuah hasil pemikiran yang mendalam untuk menjawab masalah penghitungan bilangan pada masa itu.
Angka 0 memiliki arti penting dalam ilmu hitung, dan juga memiliki makna penting dalam memaknai dan menilai banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. Angka 0 dalam bahasa Inggris disebut zero berasal dari bahasa latin zhepirum, yang berarti kosong atau hampa, sehingga angka 0 seringkali diartikan sebagai ketiadaan, kekosongan dan kehampaan dalam diri kehidupan manusia. Menjadi tanda kekalahan dalam sebuah pertandingan dan sering diartikan sebagai lambang ketidakmampuan seseorang dalam menjalankan peran kehidupan. Meskipun demikian angka 0 bisa menjadi simbol kemenangan bagi penyucian jiwa, yakni seseorang harus menempatkan diri pada posisi zero atau kosong dihadapan sang Kholiq, artinya manusia tidak memiliki kemampuan, kekuatan, daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah SWT.
Angka 0 merupakan bilangan natural, tidak bernilai positif maupun negatif artinya angka 0 berperan sebagai pembatas antara tinggi dan yang rendah, pembatas antara panas dan dingin, pembatas antara baik dan buruk dan sebagainya.
Posisi angka 0 terhadap bilangan asli sangat berpengaruh terhadap nilai bilangan tersebut, bila angka 0 diletakkan disebelah kanan bilangan asli maka semakin banyak disandingkan dengan angka 0 nilai bilangan asli tersebut semakin besar, misalnya 10, 600, 7.000 artinya semakin banyak 0 disandingkan nilai bilangan tersebut semakin besar. Sebaliknya bila angka 0 diletakkan disebelah kiri bilangan asli, maka sebanyak apapun angka 0 disandingkan tidak akan mempunyai arti, misalnya 01= 1; 005= 5; 0008 = 8.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari posisi angka 0 tersebut adalah sesuatu yang tidak bernilai menjadi bernilai tergantung pada siapa yang ada didepannya, artinya jika kita ingin menjadi pemimpin dan menduduki barisan terdepan, hendaknya kita memiliki kemampuan yang mumpuni. Dan seseorang yang tidak memiliki kemampuan yang mumpuni jika menduduki barisan terdepan dan dijadikan sebagai pemimpin maka dia tidak akan memberikan pengaruh atau manfaat pada organisasi yang dipimpinnya. Maka dari itu marilah kita berproses menjadi pribadi yang bernilai yang dapat memberikan manfaat bagi orang-orang disekitar kita. Sebagaimana Hadits Rasulullah SAW :” Sebaik-baik manusia adalah yang bisa memberi manfaat bagi orang lain. ” (HR : Al-Qadlaa’iy).
Dalam kehidupan sehari-hari, angka 0 memiliki arti penting dalam hubungan kita sesama manusia maupun hubungan kita terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Kita sering mendengar istilah kembali ke titik 0 dalam momen Idul Fitri titik 0 memiliki esensi fitrah dan urgensi membuka pintu maaf lahir dan batin, memperbaiki setiap kesalahan dengan sesuatu yang lebih berguna dalam berhubungan sosial. Dalam hubungan kita kepada Tuhan titik 0 memiliki momentum untuk menginsyafkan dan mengingatkan kita akan pentingnya mengembalikan kondisi hati dan jiwa kita secara utuh sebagai makhluk-Nya.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Af’idatin, S.Pd., Guru Mapel Matematika
Editor: Tim Humas
Sangat inspiratif
Beri Komentar