Finlandia, negara Nordic, membuat kejutan dengan meraih peringkat tertinggi dalam penelitian PISA yang pertama tahun 2000. Tiga aspek yang diukur di antaranya reading literacy, mathematical literacy, dan science literacy. Penelitian PISA tersebut dilakukan setiap tiga tahun sekali dan yang terakhir adalah tahun 2018. Selama hampir 20 tahun ke belakang, Finlandia mampu menjaga kualitas pendidikan yang berkualitas baik di tingkat dunia dengan kurikulum yang mereka buat. Skor yang diperoleh negara tersebut selalu masuk dalam peringkat atas (OECD, 2001, 2005, 2007, 2010, 2014, 2016, 2019). Walaupun terdapat beberapa penurunan skor yang signifikan pada mathematical literacy, dalam tujuh kali penelitian, Finlandia selalu masuk dalam daftar 20 negara terbaik.
Sebelum kita melangkah lebih jauh tentang Finlandia terdapat dua perspektif terkait filsafat pengetahuan matematika yaitu pandangan absolutist dan fallibilist. Ernest et al. (1991) menjelaskan bahwa dari perspektif absoutist, pengetahuan matematika dipandang sebagai sesuatu yang pasti dan mutlak sedangkan menurut perspektif fallibilist, pengetahuan matematika dipandang tidak selalu benar dan mungkin dapat salah sehingga perlu diperbaiki.
Kurikulum Finlandia akan dibahas dari dua perspektif tersebut. Pada artikel saya sebelumnya Toumasis (1997) merumuskan ringkasan dari model pendidikan matematika berdasarkan dua pandangan filsafat tersebut dilihat dari teori belajar dan teori mengajar. Silakan baca kembali artikel tersebut DI SINI: https://smk10semarang.sch.id/blog/pandangan-filsafat-belajar-matematika-manakah-yang-anda-gunakan-selama-ini/. Indikator filsafat pendidikan matematika dari Toumasis akan digunakan dalam analisis untuk kurikulum di Finlandia. Kurikulum inti Finlandia atau National Care Curriculum merupakan kerangka utama dalam pembuatan kurikulum tingkat sekolah (Vitikka et al., 2016).
The Finnish National Board of Education dalam Vitikka, Krokfors, & Rikabi (2016) menjelaskan bahwa National Core Curriculum memiliki dua bagian yaitu tujuan dan materi inti untuk mengajar semua mata pelajaran di sekolah termasuk misi, nilai, dan struktur pendidikan. Selain itu juga menjelaskan konsep pembelajaran yang digunakan dan tujuan-tujuan untuk mengembangkan lingkungan belajar, budaya sekolah, dan metode kerja. Oleh karena itu, National Core Curriculum memiliki dua peran sekaligus di antaranya sebagai dokumen administratif dan alat untuk para guru mengembangkan kemampuan pedagogi.
Dari tahun 2014-2017 Finlandia melakukan pembaruan kurikulum dari semua tingkat. Terdapat tiga tingkatan dalam kurikulum di Finlandia yaitu early childhood, pre-primary, basic (primary + lower secondary), upper secondary (Halinen, 2018). Perlu diketahui bahwa terdapat pengembangkan kurikulum setiap sepuluh tahun di Finlandia. Pembaruan kurikulum yang dilakukan di antaranya tahun 1985, 1994, 2004, dan terakhir pada 2014 dengan kurikulum tingkat sekolah selesai pada tahun 2016 (Cook, 2019). Pembaruan yang dilakukan tentunya untuk meningkatkan sistem pendidikan yang ada di Finlandia.
Berdasarkan National Core Curriculum for Basic Education 2014 dalam Halinen (2018) terdapat empat poin utama dalam kurikulum yaitu (1) menghargai keunikan setiap peserta didik dan menjamin haknya dalam mendapatkan pendidikan yang bagus, (2) mendorong pertumbuhan setiap peserta didik sebagai seorang berpendidikan dan sebagai warga yang aktif dalam sebuah lingkungan demokratis, (3) menghargai perbedaan kultural dan menanggapinya sebagai sebuah sumber “kekayaan”, serta (4) memahami kebutuhan kehidupan yang berkelanjutan.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Andhika Wildan Krisnamurti, S.Pd., Guru Mapel Matematika
Editor: Tim Humas
Beri Komentar