Menghadapi era Revolusi Industri 4.0, dunia pendidikan vokasional khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dituntut untuk menghasilkan lulusan yang kompeten, adaptif, dan siap bersaing di dunia kerja. Jurusan Teknik Pengelasan merupakan salah satu kompetensi keahlian strategis yang mendukung kebutuhan industri manufaktur, konstruksi, dan migas. Penguasaan keterampilan dasar, terutama dalam teknik pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding), menjadi fondasi utama dalam menyiapkan peserta didik agar mampu melangkah ke tahap pengelasan lanjutan maupun sertifikasi profesional. Realita di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik yang kurang termotivasi dalam mengikuti praktik pengelasan, terutama karena pembelajaran bersifat monoton, terlalu berfokus pada teori, serta tidak memiliki target konkret dalam capaian praktik.
Berangkat dari persoalan tersebut, diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih kontekstual, aplikatif, dan menantang bagi peserta didik. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah Project-Based Learning (PJBL), yaitu pembelajaran berbasis proyek yang menekankan penyelesaian masalah nyata melalui serangkaian aktivitas kolaboratif dan eksploratif. PJBL menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran dan guru sebagai fasilitator yang mengarahkan proses. Penerapan PJBL dapat diarahkan untuk menyelesaikan proyek pengelasan tertentu, misalnya membuat sambungan las dengan posisi 1G yang memiliki spesifikasi teknis tertentu. Agar pembelajaran semakin bermakna dan terarah, maka PJBL perlu dikombinasikan dengan sistem penilaian berbasis target praktik. Setiap peserta didik atau kelompok diberi target capaian hasil kerja las yang harus dipenuhi sesuai kriteria mutu tertentu, seperti tingkat kebersihan hasil las, kekuatan penetrasi, efisiensi waktu kerja, dan pemenuhan standar prosedur operasional.
Penerapan PJBL berbasis target praktik ini diyakini dapat meningkatkan motivasi dari dalam diri peserta didik, karena mereka akan merasa tertantang untuk mencapai hasil terbaik. Model ini juga mengasah keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, serta disiplin kerja yang tinggi sebuah kompetensi yang sangat dibutuhkan dalam dunia industri saat ini. Pembelajaran tidak lagi sekadar memenuhi kewajiban kurikuler, tetapi menjadi proses yang mengarah pada pencapaian profesionalisme sejak dini. Hal ini penting untuk mengeksplorasi bagaimana strategi penerapan PJBL berbasis target praktik dalam mata pelajaran dasar pengelasan SMAW di SMK, serta menilai dampaknya terhadap keaktifan dan semangat belajar peserta didik.
Secara konseptual PJBL merupakan pendekatan pembelajaran yang telah banyak digunakan dalam pendidikan berbasis keterampilan (skill-based education). PJBL mendorong peserta didik untuk belajar melalui proyek nyata, yang tidak hanya melibatkan aspek kognitif tetapi juga afektif dan psikomotorik. Pendekatan ini sangat sesuai diterapkan dalm bidang teknik pengelasan karena peserta didik tidak cukup hanya memahami teori pengelasan, tetapi harus mampu menunjukkan keterampilan dalam praktik langsung. Menurut Thomas (2020), PJBL meningkatkan pemahaman konseptual dan keterampilan praktik karena peserta didik terlibat secara langsung dalam proses eksplorasi, desain, dan penyelesaian proyek yang relevan dengan dunia kerja.
PJBL berbasis target praktik dimulai dari perumusan proyek yang akan dilakukan oleh peserta didik. Guru menetapkan target capaian yang harus diraih oleh peserta didik, misalnya menyelesaikan sambungan las 1G sepanjang 30 cm dengan tingkat kecacatan <10%, menggunakan elektroda E6013 dengan arus 90 ampere dalam waktu maksimal 45 menit. Target tersebut tidak hanya menjadi indikator keberhasilan praktik tetapi juga menjadi pendorong peserta didik untuk mengelola waktu, teknik kerja, serta menerapkan keselamatan kerja secara optimal. Guru menyediakan panduan teknis, rubrik penilaian, dan lembar observasi yang dapat digunakan peserta didik untuk mengevaluasi kemajuan kerja mereka secara mandiri maupun dalam kelompok.
Salah satu keunggulan dari pendekatan ini adalah meningkatnya keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik tidak hanya bekerja secara teknis tetapi juga berpikir secara sistematis dan reflektif. Mereka belajar untuk menetapkan strategi kerja, melakukan pengamatan terhadap hasil las, mendiskusikan tantangan yang dihadapi, serta memperbaiki kesalahan kerja berdasarkan masukan dari guru maupun teman sejawat. Penelitian oleh Fitriyani et al. (2021) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis proyek secara signifikan meningkatkan keterlibatan emosional, kognitif, dan sosial peserta didik di kelas vokasional. Hal ini terbukti pula dalam implementasi PJBL berbasis target praktik, di mana peserta didik menunjukkan antusiasme tinggi, berinisiatif mengulang praktik untuk hasil lebih baik, serta memiliki semangat kompetisi yang sehat antar kelompok.
Praktik PJBL ini juga memberikan ruang besar bagi pengembangan karakter kerja yang sangat relevan dengan dunia industri, seperti ketekunan, tanggung jawab, kerjasama, dan manajemen waktu. Peserta didik menunjukkan perubahan sikap yang positif ketika mereka diberi tanggung jawab terhadap hasil praktik mereka sendiri. Mereka tidak hanya ingin selesai tetapi ingin mendapatkan hasil terbaik. Proses ini secara tidak langsung melatih mereka untuk bekerja dengan standar kualitas tertentu, sebuah kemampuan yang sangat penting dalam industri manufaktur dan konstruksi. Guru menggunakan rubrik penilaian yang meliputi empat aspek utama: kualitas teknis hasil las (visual dan fungsional), waktu penyelesaian proyek, pemenuhan prosedur keselamatan kerja, dan kemampuan kerja tim. Penilaian dilakukan secara formatif selama proses, dan secara sumatif pada akhir proyek. Peserta didik juga diminta untuk melakukan refleksi tertulis atas hasil kerja mereka, menyebutkan kesulitan yang dihadapi, solusi yang telah dicoba, dan target peningkatan pada praktik berikutnya. Refleksi ini penting sebagai bagian dari penguatan metakognitif dalam pembelajaran kejuruan.
Guru berperan sebagai pembimbing aktif yang terus memantau dan memberi umpan balik. Guru tidak hanya mengoreksi hasil akhir, tetapi juga mendampingi proses, menunjukkan teknik yang benar, serta menanamkan nilai-nilai kerja yang profesional. Kolaborasi antara guru dan peserta didik dalam proses praktik menciptakan suasana belajar yang dinamis dan menyenangkan. Peserta didik merasa dihargai, didorong untuk berkembang, dan memiliki ruang untuk mencoba dan gagal tanpa rasa takut. Inilah esensi dari pembelajaran berbasis proyek yang sesungguhnya: menempatkan peserta didik sebagai pembelajar aktif dalam suasana kerja yang autentik.
Kesimpulan dari implementasi PJBL berbasis target praktik dalam pembelajaran Dasar Pengelasan SMAW di SMK adalah bahwa pendekatan ini mampu meningkatkan keaktifan, motivasi, dan hasil kerja peserta didik secara signifikan. Adanya target praktik yang jelas membuat peserta didik lebih fokus, termotivasi untuk bekerja dengan serius, dan bersemangat untuk mencapai hasil terbaik. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena dikaitkan langsung dengan keterampilan nyata yang dibutuhkan di dunia kerja. PJBL juga mendorong pengembangan soft skills seperti kerja tim, tanggung jawab, dan kemampuan refleksi yang menjadi nilai tambah bagi lulusan SMK. Pendekatan PJBL berbasis target praktik sangat direkomendasikan untuk diterapkan secara lebih luas pada mata pelajaran praktik kejuruan di SMK, khususnya dalam kompetensi Teknik Pengelasan. Pembelajaran vokasional yang efektif adalah pembelajaran yang mampu menumbuhkan semangat dan daya juang peserta didik untuk menjadi yang terbaik dalam bidang keahliannya. PJBL berbasis target praktik merupakan salah satu cara strategis untuk mencapai tujuan tersebut. Guru tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan kompetensi kerja peserta didik yang siap menghadapi tantangan zaman.
“Ciptakan Inovasi, Tebarkan Manfaat”
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Ilham Agum Fitra Anggesa, S.Pd., Guru Produktif Teknik Pengelasan
Penyunting: Tim Humas dan Literasi
Beri Komentar