Info Sekolah
Sabtu, 08 Feb 2025
  • Guru SMKN 10 Semarang Juara 1 Lomba Guru Inovatif dan Dedikatif Tingkat Jawa Tengah ##SMKN 10 Semarang Juara 3 Jambore GTK Hebat 2024 Kategori Kepala SMK Inovatif

Pembelajaran Sejarah Dengan Pendekatan Kontekstual Meningkatkan Literasi Politik Siswa

Diterbitkan :

Pembelajaran sejarah merupakan bagian integral dalam pendidikan untuk membentuk pemahaman mendalam tentang masa lalu yang memengaruhi masa kini. Namun, tantangan muncul ketika siswa sulit mengaitkan pembelajaran sejarah dengan konteks kehidupan mereka sendiri, termasuk dalam konteks kehidupan politik. Sementara itu Tidak sedikit siswa yang memiliki pandangan sinis atau skeptis terhadap politik. Mereka melihat politik sebagai dunia yang penuh dengan manipulasi, kepentingan pribadi, dan konflik. Persepsi ini dapat muncul akibat paparan berita tentang skandal politik (missal issue politik uang, masalah HAM dan Demokrasi, Korupsi, Penyalahgunaan keuasaan, ketidakadilan dalam pengelolaan pemerintahan dll) .Hal ini mengakibatkan rendahnya literasi politik di kalangan siswa, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi partisipasi mereka dalam kehidupan politik masyarakat.

Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) diartikan sebagai konsep belajar yang membantu guru mengaitkan pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa. Pendekatan ini juga mendorong siswa untuk mengaitkan apa yang mereka ketahui dengan hal-hal yang dapat mereka lakukan tiap hari.

Untuk mengatasi tantangan ini, pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sejarah telah diusulkan sebagai solusi yang efektif. Pendekatan ini tidak hanya memperkenalkan fakta- fakta historis, tetapi juga menghubungkannya dengan situasi saat ini, khususnya dalam konteks politik. Berikut adalah beberapa strategi untuk mengoptimalkan pembelajaran sejarah dengan pendekatan kontekstual guna meningkatkan literasi politik siswa:

Penggunaan Kasus Sejarah yang Relevan. Pemilihan kasus sejarah yang relevan dengan isu politik kontemporer (masa kini) dapat membantu siswa memahami hubungan antara masa lalu dan sekarang. Misalnya, menganalisis perubahan kebijakan politik masa ORBA dan masa Reformasi (jaman presiden Gus Dur ). Pada zaman Orde Baru, orang Tionghoa mengalami diskriminasi yangmembuatnya tidak bisa leluasa dalam mengekspresikan keyakinan (misal dalam perayaan Imlek) dan budayanya. Pada zaman ini, masyarakat Tionghoa hanya bisa merayakan hari besar dan melaksanakan ibadahnya di lingkungan keluarganya atau internal. Namun, ketika pada masa presiden Gus Dur, kebijakan tersebut dihapus. Sehingga masyarakat diberikan kebebasan dan hak untuk mengekspresikan budaya dan ibadahnya di depan umum.

Dalam konteks sejarah dengan pendekatan kontekstual ini, dapat membantu siswa memahami dinamika kekuasaan dan perubahan sosial yang terjadi saat itu, serta implikasinya terhadap struktur politik yang ada saat ini.

Diskusi dan Debat Berbasis Kasus. Mengorganisir diskusi dan debat berbasis kasus sejarah yang berfokus pada isu-isu politik dapat merangsang pemikiran kritis siswa. Contoh pada materi kelas XI SMK tentang

Reformasi 1998 dan Perubahan Sistem Politik Indonesia dampak positif dan negatifnya sampai dengan masa kini. Melalui debat, mereka dapat mempertimbangkan berbagai perspektif historis yang berbeda dan menerapkannya pada situasi politik kontemporer (masa kini) untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam.

MengIntegrasikan Sumber Primer dan Sekunder. Menggunakan sumber primer (misalnya dokumen historis, pidato politik) dan sumber sekunder (analisis sejarah, artikel akademis) dapat membantu siswa melihat bagaimana peristiwa sejarah tertentu membentuk kerangka politik yang ada saat ini. Hal ini juga dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan analisis dan interpretasi yang kritis. Sebagai contoh, pada peristiwa Reformasi 1998, Sumber Primer yang didapat misalnya transkrip pidato Presiden Soeharto saat mengundurkan diri, foto-foto demonstrasi mahasiswa, dokumen-dokumen pemerintah saat itu. Sedangkan Sumber Sekunder berupa buku atau artikel mengenai latar belakang sosial dan politik yang menyebabkan Reformasi 1998, serta analisis mengenai dampaknya terhadap politik Indonesia pasca-Orde Baru.

Dalam hal ini aktivitas dilakukan siswa dengan membaca transkrip pidato Soeharto, kemudian membandingkannya dengan analisis sejarawan mengenai bagaimana Reformasi mempengaruhi perkembangan demokrasi dan hak asasi manusia di Indonesia.

Simulasi dan Peran. Simulasi peristiwa sejarah atau peran dalam konteks politik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa tentang bagaimana keputusan politik dibuat dan diterapkan. Melalui peran ini, mereka dapat merasakan dilema yang dihadapi pemimpin politik dan mengerti konsekuensi dari keputusan politik tertentu. Dalam simulasi dan peran ini disusunlah pemeran yang terlibat, misalnya Presiden Soeharto , Mahasiswa/Aktivis Reformasi, Tentara dan Polisi, Media Massa /Wartawan atau Pemimpin Masyarakat/Tokoh Agama dengan perannya masing –masing sesuai kejadian saat itu.

Keterlibatan Komunitas dan Kegiatan Lapangan. Melibatkan siswa dalam kunjungan ke tempat-tempat bersejarah atau dialog dengan tokoh-tokoh politik lokal dapat membantu mereka melihat bagaimana sejarah lokal berdampak pada dinamika politik saat ini. Ini juga dapat memperluas wawasan mereka tentang partisipasi politik di tingkat lokal. Dalam materi reformasi 1998 bisa dengan Mengundang seorang mantan mahasiswa aktivis yang terlibat dalam demonstrasi besar-besaran tahun 1998, atau seorang jurnalis yang meliput peristiwa tersebut, untuk berbagi cerita. Atau Mengadakan forum diskusi di sekolah atau komunitas setempat dengan mengundang berbagai pihak yang memiliki pandangan berbeda tentang dampak Reformasi.

Kesimpulan bahwa Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran sejarah tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa tentang sejarah dan politik, tetapi juga membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan pemecahan masalah yang sangat diperlukan dalam kehidupan politik modern.

Dengan demikian, optimalisasi pembelajaran sejarah dengan pendekatan kontekstual menjadi kunci untuk meningkatkan literasi politik siswa, mempersiapkan mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses demokrasi dan tata kelola pemerintahan di masa depan. Semoga bermanfaat.

“Ciptakan Inovasi, Tebarkan Manfaat”

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Slamet Adi Purwanto, S.Pd, M.Si., Guru Mapel Sejarah

Penyunting: Tim Humas dan Literasi

Artikel ini memiliki

2 Komentar

Suparman, S.Pd
Selasa, 21 Jan 2025

Semangat👍💯

Balas
Ilham Agum Fitra Anggesa
Selasa, 21 Jan 2025

Sangat Menginspirasii

Balas

Beri Komentar