Perundungan atau bullying merupakan masalah yang masih banyak terjadi di lingkungan sekolah, termasuk di tingkat SMK. Perundungan di kalangan siswa kelas XII SMK bisa terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari kekerasan fisik, verbal, sosial, perundungan di dunia maya, hingga perundungan seksual. Meskipun pihak sekolah sering kali berusaha untuk mencegahnya, namun perundungan masih menjadi ancaman serius bagi kesejahteraan psikologis siswa.
Perilaku kekerasan di sekolah semakin mengkhawatirkan sehingga menjadi sorotan dari pemerintah dan masyarakat. Berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk mencegah aksi perundungan di sekolah. Baik korban perundungan maupun pelaku perundungan perlu mendapatkan perhatian agar tidak terus menimbulkan masalah pada generasi muda.
Beberapa faktor yang bisa memicu terjadinya perundungan di sekolah, khususnya di tingkat SMK, antara lain:
Perbedaan Status Sosial. Siswa SMK yang berasal dari latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda mungkin merasa saling menilai satu sama lain. Perbedaan ini bisa menjadi alasan bagi sebagian siswa untuk merundung teman sekelasnya, dengan tujuan merendahkan atau mengintimidasi.
Tingkat Kedewasaan yang Berbeda. Di kelas XII SMK, siswa sudah berada di usia remaja akhir yang sedang mencari jati diri. Kadang-kadang, rasa cemas dan ketidakpastian ini memicu perilaku negatif seperti perundungan. Mereka mungkin merundung teman untuk meningkatkan rasa percaya diri atau merasa lebih dominan.
Pergaulan yang Tidak Sehat. Dalam pergaulan yang kurang sehat, siswa yang tidak dapat mengikuti dinamika kelompok atau tidak memiliki hubungan sosial yang kuat dapat menjadi sasaran perundungan. Teman-teman sekelas yang tidak memiliki empati atau rasa hormat akan saling merundung sebagai cara untuk membentuk ikatan dalam kelompok.
Kurangnya Pengawasan dari Guru dan Orang Tua. Tanpa pengawasan yang memadai, perundungan bisa berkembang lebih jauh. Siswa merasa tidak ada yang mengawasi atau menanggapi perilaku tersebut, yang akhirnya memperburuk kondisi.
Perundungan dapat menimbulkan berbagai dampak buruk bagi korban, baik secara psikologis maupun fisik. Beberapa dampak yang sering ditemukan antara lain:
Gangguan Kesehatan Mental. Korban perundungan sering kali mengalami depresi, kecemasan, dan perasaan rendah diri yang dapat berlangsung lama. Perasaan tidak dihargai dan diterima dalam kelompok sosial mereka bisa mengarah pada gangguan mental serius.
Penurunan Prestasi Akademik. Siswa yang menjadi korban perundungan sering kali mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam belajar. Hal ini bisa berdampak pada penurunan prestasi akademik, terutama di tahun terakhir mereka yang sangat krusial dalam menyiapkan masa depan.
Isolasi Sosial. Perundungan dapat membuat korban merasa terisolasi, baik dari teman-temannya maupun dari lingkungan sosial yang lebih luas. Mereka cenderung menarik diri dari aktivitas sosial dan merasa tidak punya tempat di sekolah.
Untuk mengatasi perundungan di tingkat SMK, diperlukan kerjasama antara pihak sekolah, orang tua, dan siswa itu sendiri. Berikut adalah beberapa upaya yang bisa dilakukan:
Pendidikan tentang Empati dan Toleransi. Sekolah perlu mengadakan program atau pelatihan yang mengajarkan siswa tentang pentingnya empati dan toleransi terhadap perbedaan. Program ini dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler atau kelas khusus tentang karakter.
Pengawasan yang Lebih Ketat. Guru dan pihak sekolah perlu meningkatkan pengawasan, terutama selama jam istirahat atau kegiatan yang lebih santai di luar kelas, di mana perundungan cenderung terjadi.
Pendampingan Psikologis. Sekolah bisa menyediakan layanan konseling atau pendampingan psikologis bagi siswa yang mengalami perundungan. Dengan pendekatan ini, siswa dapat lebih terbuka dalam mengungkapkan masalah mereka dan mendapatkan solusi yang tepat.
Penerapan Sanksi Tegas. Sekolah harus memiliki kebijakan yang jelas dan tegas mengenai perundungan. Penerapan sanksi yang tepat dan adil bagi pelaku perundungan bisa memberikan efek jera, serta menunjukkan bahwa sekolah tidak mentolerir tindakan tersebut.
Perundungan di kalangan siswa kelas XII SMK adalah masalah serius yang memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang terlibat. Dengan pendekatan yang tepat, baik melalui pendidikan, pengawasan, maupun dukungan psikologis, kita bisa menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan mendukung bagi semua siswa. Mengenali dan mengatasi perundungan sejak dini sangat penting untuk membantu siswa tumbuh menjadi individu yang lebih percaya diri dan produktif di masa depan.*
“Ciptakan Inovasi, Tebarkan Manfaat”
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Suparyati, S.Pd., Guru Mapel Bahasa Indonesia
Penyunting: Tim Humas dan Literasi
Mantap💯👍
Mari ciptakan sekolah ramah anak dengan ‘no bullying’
Mantaaabbb’s
Beri Komentar