Info Sekolah
Kamis, 13 Feb 2025
  • Guru SMKN 10 Semarang Juara 1 Lomba Guru Inovatif dan Dedikatif Tingkat Jawa Tengah ##SMKN 10 Semarang Juara 3 Jambore GTK Hebat 2024 Kategori Kepala SMK Inovatif

Menciptakan Tim yang Tangguh Sebagai Seni Kepemimpinan Berkelanjutan

Diterbitkan :

Bank Mandiri Republik Indonesia (BMRI) tidak hanya dikenal sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, tetapi juga sebagai kawah candradimuka yang melahirkan sejumlah pemimpin berkualitas di berbagai sektor. Nama-nama seperti Agus Martowardojo, Royke Tumilaar, Sunarso, Nixon Napitupulu, Didiek Hartantyo, Silvano Rumantir, Pahala Mansury, Kartiko Wirjoatmadja, hingga Budi Gunadi Sadikin adalah beberapa contoh nyata alumni Bank Mandiri yang berhasil menduduki posisi strategis, baik di pemerintahan maupun perusahaan nasional.

Keberhasilan Bank Mandiri dalam mencetak pemimpin-pemimpin hebat tidak terlepas dari budaya organisasi yang mengutamakan pengembangan talenta. Perusahaan ini secara konsisten diakui sebagai salah satu tempat kerja terbaik untuk membangun karier. Bahkan, Forbes pada tahun 2018 menempatkan Bank Mandiri di peringkat ke-11 dalam daftar Global 2000 Best Employers.

Salah satu kunci keberhasilan Bank Mandiri adalah Leadership Pipeline, sebuah program kepemimpinan terstruktur yang wajib diikuti setiap karyawan di berbagai level. Program ini dirancang untuk mempersiapkan karyawan menghadapi tantangan di masa depan dan sering bekerja sama dengan institusi global untuk memastikan kualitas pelatihan. Tak hanya itu, Bank Mandiri juga menerapkan disiplin ketat dalam manajemen kepemimpinan. Sebelum naik jabatan, setiap karyawan harus melalui program pelatihan intensif yang berkelanjutan, memastikan mereka memiliki kapasitas untuk memimpin dengan efektif.

Pemimpin-pemimpin yang lahir dari Bank Mandiri dikenal berkarakter kuat dan visioner. Salah satu contohnya adalah Agus Martowardojo, yang pernah menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia. Agus dikenal dengan prinsipnya bahwa tidak ada hal yang mustahil untuk dilakukan, kecuali menghidupkan orang mati. Nilai-nilai seperti inilah yang terus ditanamkan di dalam organisasi, menciptakan pemimpin yang mampu membawa perubahan besar.

Transformasi berkelanjutan juga menjadi fondasi penting dalam budaya Bank Mandiri. Perusahaan ini tidak pernah berhenti beradaptasi dengan perkembangan zaman dan selalu mencari cara untuk menjadi lebih baik. Komitmen terhadap inovasi ini ditanamkan sejak awal kepada setiap karyawan, membangun pola pikir bahwa perubahan adalah bagian dari perjalanan menuju keunggulan.

Bank Mandiri juga memiliki berbagai program pelatihan yang dirancang untuk mendukung pengembangan kemampuan karyawannya. Salah satunya adalah Mandiri University, sebuah pusat pelatihan internal yang menawarkan program pendidikan teknis, manajerial, dan kepemimpinan. Ada juga program Future ME (Mandirian Excellence) yang ditujukan untuk mahasiswa aktif. Program ini memberikan pelatihan online tentang kepemimpinan, komunikasi, manajemen keuangan, dan keterampilan lain yang relevan untuk industri perbankan.

Bagi karyawan-karyawan internal, Leadership Development Program menjadi jembatan menuju jenjang karier yang lebih tinggi. Program ini mencakup pelatihan intensif di kelas, pengalaman kerja langsung, hingga rotasi di berbagai divisi. Selain itu, Bank Mandiri juga menyiapkan Digital Talent Development, program khusus yang berfokus pada pengembangan keterampilan digital dan inovasi.

Melalui investasi yang besar pada pengembangan sumber daya manusia, Bank Mandiri tidak hanya memperkuat posisinya sebagai pemimpin industri perbankan tetapi juga berkontribusi pada kemajuan bangsa. Dengan budaya yang mengutamakan pengembangan talenta dan inovasi, Bank Mandiri terus menjadi inspirasi dalam melahirkan pemimpin-pemimpin hebat di Indonesia.

John C. Maxwell adalah nama yang tidak asing dalam dunia kepemimpinan. Sebagai seorang ahli kepemimpinan terkenal dan penulis lebih dari 100 buku tentang kepemimpinan, pengembangan pribadi, dan sukses, Maxwell telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia. Salah satu inti dari ajarannya adalah bahwa kepemimpinan sejati tidak hanya tentang memimpin, tetapi juga tentang menciptakan pemimpin baru yang mampu melanjutkan dan memperluas dampak positif.

Dalam ajarannya, Maxwell memperkenalkan konsep The 5 Levels of Leadership. Ia menjelaskan bahwa kepemimpinan bukanlah sesuatu yang statis, melainkan perjalanan melalui lima level. Level pertama adalah posisi, di mana seseorang memimpin karena otoritas formal yang dimilikinya. Namun, kepemimpinan sejati dimulai ketika seorang pemimpin naik ke level selanjutnya, seperti membangun hubungan, menghasilkan hasil, mengembangkan orang lain, hingga mencapai puncak, yaitu menciptakan pemimpin baru. Di level tertinggi ini, dampak seorang pemimpin tidak lagi terbatas pada apa yang bisa dia capai sendiri, tetapi meluas melalui keberhasilan para pemimpin yang telah dia kembangkan.

Maxwell juga menyoroti pentingnya The Law of Explosive Growth dalam bukunya The 21 Irrefutable Laws of Leadership. Ia menjelaskan bahwa seorang pemimpin yang hanya fokus pada pengikut akan menciptakan pertumbuhan yang linear. Namun, pemimpin yang berfokus pada pengembangan pemimpin lain akan menciptakan pertumbuhan yang eksponensial. Hal ini terjadi karena setiap pemimpin baru yang diciptakan akan membawa pengaruhnya sendiri, membangun jaringan kepemimpinan yang jauh lebih luas dan lebih kuat.

Konsep-konsep ini tidak hanya relevan untuk organisasi besar, tetapi juga berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, seorang manajer yang melatih timnya untuk memimpin proyek-proyek penting. Dalam setiap konteks, pengembangan pemimpin baru menciptakan warisan yang bertahan lama dan memperluas dampak positif.

Maxwell menegaskan bahwa untuk mencapai level kepemimpinan tertinggi, seseorang harus memiliki visi, komitmen, dan kesabaran. Membimbing orang lain untuk menjadi pemimpin membutuhkan investasi waktu dan energi, tetapi hasilnya adalah pertumbuhan yang tidak hanya mengubah organisasi, tetapi juga masyarakat. Inilah inti dari kepemimpinan sejati: melayani orang lain dan membantu mereka untuk mencapai potensi penuh mereka.

Dengan ajarannya, Maxwell tidak hanya memberikan panduan praktis, tetapi juga menginspirasi kita untuk memikirkan ulang arti kepemimpinan. Kepemimpinan bukan tentang gelar atau jabatan, melainkan tentang menciptakan dampak yang terus berkembang melalui orang-orang yang kita bimbing dan kembangkan. Seperti yang selalu dikatakan Maxwell, “Kepemimpinan adalah pengaruh, tidak lebih, tidak kurang.” Dan pengaruh itu mencapai puncaknya ketika seorang pemimpin melahirkan pemimpin baru.

Menjadi kepala sekolah yang sukses bukan hanya tentang menjalankan tugas administratif, tetapi juga tentang menciptakan tim yang kuat dan kompeten. Dalam lingkungan pendidikan, menciptakan guru-guru yang mampu memimpin bukanlah ancaman, melainkan sebuah investasi untuk kemajuan bersama. Dengan membentuk para guru menjadi pemimpin, kepala sekolah tidak hanya meringankan beban kerja, tetapi juga memastikan sekolah memiliki fondasi yang kokoh untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Mengubah guru menjadi pemimpin memerlukan pendekatan yang terstruktur dan berkelanjutan. Proses ini dapat dimulai dengan langkah pertama, yang dikenal sebagai I DO YOU SEE. Pada tahap ini, kepala sekolah menjadi panutan langsung bagi guru, menunjukkan bagaimana tugas atau tanggung jawab tertentu dilakukan. Guru belajar dengan mengamati, memahami langkah-langkahnya, dan melihat bagaimana sebuah tugas dapat diselesaikan dengan efektif.

Setelah itu, proses berlanjut ke tahap YOU DO I SEE. Di sini, guru mulai mengambil alih tugas yang sebelumnya mereka amati, sementara kepala sekolah tetap memberikan pengawasan. Dengan memberikan umpan balik yang konstruktif, kepala sekolah membantu guru membangun kepercayaan diri sekaligus meningkatkan keterampilan mereka. Tahap ini penting untuk menciptakan rasa tanggung jawab dan pemahaman mendalam tentang tugas yang dilaksanakan.

Tahap berikutnya adalah YOU DO I DON’T SEE, di mana guru diberi kepercayaan penuh untuk melaksanakan tugas secara mandiri tanpa pengawasan langsung. Pada titik ini, kepala sekolah benar-benar memberdayakan guru untuk mengambil tanggung jawab penuh atas pekerjaan mereka. Kepercayaan yang diberikan ini menciptakan rasa kepemilikan dan mendorong kemandirian yang esensial dalam membangun pemimpin yang tangguh.

Namun, proses ini tidak berhenti di situ. Kepala sekolah harus terus mendorong para guru dengan memberikan tantangan baru. Tahap CHALLENGE bertujuan untuk mendorong guru keluar dari zona nyaman mereka dan membantu mereka mengembangkan keterampilan baru. Dengan menghadapi tantangan-tantangan ini, guru menjadi lebih adaptif dan inovatif, kemampuan yang sangat diperlukan untuk memimpin dalam dunia pendidikan yang terus berubah.

Salah satu aspek penting lainnya dalam menciptakan pemimpin adalah mengajarkan keterampilan delegasi. Kepala sekolah yang efektif memahami bahwa mereka tidak dapat melakukan segalanya sendiri. Dengan mendelegasikan tugas secara strategis, kepala sekolah memberi kesempatan kepada guru untuk belajar memimpin, sekaligus memastikan bahwa tugas-tugas strategis tetap menjadi fokus utama. Delegasi yang baik melibatkan pembagian tanggung jawab yang jelas, menyediakan sumber daya yang memadai, serta memastikan adanya komunikasi yang terbuka dan sistem umpan balik yang mendukung.

Melalui pendekatan ini, kepala sekolah tidak hanya menciptakan tim yang hebat, tetapi juga membangun budaya kepemimpinan yang berkelanjutan. Guru yang diberdayakan untuk menjadi pemimpin tidak akan hanya membawa dampak positif bagi sekolah, tetapi juga bagi siswa dan komunitas pendidikan secara keseluruhan. Sebuah tim yang solid dan saling mendukung akan memastikan bahwa setiap tantangan dapat dihadapi dengan kekuatan kolektif. Inilah kepemimpinan sejati: membimbing orang lain untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka, sekaligus menciptakan warisan yang berarti.

Mencetak pemimpin baru bukanlah tugas yang selesai dalam semalam, melainkan proses berkelanjutan yang memerlukan perhatian terhadap berbagai indikator keberhasilan. Indikator-indikator ini membantu menilai sejauh mana seseorang telah berhasil mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan dampak positif yang mereka ciptakan pada lingkungan kerja.

Salah satu indikator utama keberhasilan adalah peningkatan kinerja, baik individu maupun tim yang dipimpin oleh pemimpin baru. Peningkatan ini dapat diukur melalui pencapaian target, produktivitas, dan efisiensi kerja. Ketika pemimpin baru berhasil membawa tim mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa mereka mampu mengarahkan tim ke arah yang benar dan menciptakan lingkungan kerja yang efektif.

Indikator berikutnya adalah tingkat retensi guru. Dalam konteks pendidikan, keberhasilan program pengembangan kepemimpinan sering kali tercermin dari loyalitas guru. Guru yang merasa didukung dan memiliki peluang pengembangan karier cenderung lebih termotivasi untuk tetap berada di sekolah. Tingkat retensi yang tinggi menjadi sinyal bahwa pemimpin baru mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan profesional.

Umpan balik dari anggota tim juga menjadi elemen penting dalam mengevaluasi keberhasilan pemimpin baru. Penilaian terhadap kemampuan pemimpin dalam berkomunikasi, memotivasi, dan mengelola tim memberikan gambaran tentang sejauh mana mereka diterima dan dihormati oleh anggota tim. Umpan balik yang positif mencerminkan keberhasilan pemimpin dalam membangun hubungan yang kuat dan mendukung.

Kemampuan untuk mendelegasikan tugas adalah indikator lain yang tidak kalah penting. Pemimpin yang efektif memahami pentingnya kepercayaan kepada tim mereka. Dengan mendelegasikan tugas secara tepat, pemimpin tidak hanya mengelola waktu dan sumber daya dengan efisien tetapi juga memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk berkembang.

Pengembangan keterampilan baru, baik untuk diri sendiri maupun anggota tim, menjadi tanda lain dari keberhasilan seorang pemimpin. Pemimpin yang terus belajar dan mendorong timnya untuk mengikuti pelatihan, memperoleh sertifikasi, atau mengembangkan kompetensi baru menunjukkan komitmen mereka terhadap peningkatan kualitas secara berkelanjutan.

Terakhir, kemampuan beradaptasi dan mendorong inovasi menjadi ciri khas pemimpin yang sukses. Di dunia yang terus berubah, pemimpin harus mampu menghadapi tantangan baru dan menciptakan solusi yang inovatif. Pemimpin yang dapat mendorong tim untuk berpikir kreatif dan menemukan cara-cara baru dalam bekerja menjadi aset berharga bagi organisasi.

Dengan memperhatikan indikator-indikator ini, keberhasilan dalam mencetak pemimpin baru dapat diukur secara objektif. Proses ini tidak hanya membantu menilai efektivitas program pengembangan kepemimpinan tetapi juga memastikan bahwa organisasi memiliki pemimpin yang mampu membawa perubahan positif dan memberikan dampak yang berkelanjutan.

Hotel MG Suite, 10 Desember 2024

Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMKN 10 Semarang

Artikel ini memiliki

10 Komentar

Arimurti Asmoro
Selasa, 10 Des 2024

Membangun SMKN 10 Semarang dengan kepemimpinan yang menumbuhkan sinergi dan optimalisasi seluruh aset warga sekolah yang luar biasa

Balas
Sri Indrawati
Selasa, 10 Des 2024

Selalu ada ide keren dari SMKN 10 Smg. Berharap bisa ATM

Balas
Sri Indrawati
Selasa, 10 Des 2024

Selalu ada ide keren dari SMKN 10 Smg

Balas
Suparman, S.Pd
Selasa, 10 Des 2024

Keren idenyaπŸ‘πŸ’―

Balas
Sudjatmiko
Selasa, 10 Des 2024

Ide yg berlian, maju terus SMKN 10 SMG

Balas
Soedjatmiko
Selasa, 10 Des 2024

Ide yg berlian, maju terus SMKN 10 SMG

Balas
Elmina Ita K., S.Pd., M.Si.
Selasa, 10 Des 2024

Memang …πŸ‘πŸ‘πŸ‘

Balas
KHOERUDIN
Selasa, 10 Des 2024

KS yang visioner. Cemerlang. Mantap. KS dan guru saling sinergi mewujudkan pemimpin yang handal. Bisa dijadikan ide dan gagasan di satuan pendidikan yang saya dampingi. Lanjutkan pak Ardan tak tunggu edisi berikutnya.

Balas
Johan h
Selasa, 10 Des 2024

Jaya SMKN 10 Semarang, selalu berusaha untuk lebih maju dan lebih baik.. πŸ‘

Balas
Andhika Wildan Krisnamurti
Selasa, 10 Des 2024

Turut belajar sedikit demi sedikit.

Balas

Beri Komentar