Dalam dunia otomotif, sistem kelistrikan menjadi salah satu komponen vital yang tidak dapat dipisahkan dari kendaraan. Kemajuan teknologi otomotif saat ini menuntut para teknisi untuk memiliki pemahaman mendalam terkait kelistrikan kendaraan. Salah satu aspek yang penting adalah bagaimana memahami aliran arus listrik dan mengatasi gangguan kelistrikan dengan cepat dan tepat. Di SMK, khususnya jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO), siswa kelas XII diharapkan mampu menguasai keterampilan tersebut sebagai bekal menghadapi dunia kerja.
Artikel ini akan membahas tentang teknik mengatasi gangguan kelistrikan kendaraan ringan dengan memahami aliran arus listrik, serta penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan. Dengan pendekatan PBL, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah terkait sistem kelistrikan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.
Pemahaman Dasar Aliran Arus Listrik
Kelistrikan pada kendaraan ringan terdiri dari berbagai komponen seperti baterai, alternator, relay, sekering, kabel, dan berbagai sensor. Pemahaman tentang aliran arus listrik sangat penting untuk memahami cara kerja masing-masing komponen ini. Arus listrik adalah aliran elektron melalui suatu penghantar. Dalam kendaraan, arus listrik dihasilkan oleh baterai atau alternator, kemudian disalurkan ke berbagai komponen yang membutuhkan energi listrik.
Untuk mengatasi gangguan pada sistem kelistrikan, teknisi harus memahami bagaimana arus listrik mengalir dari sumber menuju beban dan kembali ke sumber (baterai atau ground). Gangguan kelistrikan bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti korsleting, putusnya kabel, atau komponen yang rusak. Oleh karena itu, pemahaman mengenai rangkaian listrik dan kemampuan menganalisis rangkaian menjadi sangat penting.
Gangguan Umum pada Sistem Kelistrikan Kendaraan
Ada beberapa gangguan yang sering terjadi pada sistem kelistrikan kendaraan ringan, antara lain: (1) Putusnya Sekring atau Kabel: Sekring yang putus biasanya menjadi tanda adanya korsleting atau arus yang terlalu besar. Hal ini dapat terjadi akibat hubungan singkat antar kabel, komponen yang rusak, atau instalasi yang salah. Kabel yang putus juga dapat menyebabkan sistem kelistrikan tidak berfungsi, (2) Baterai Lemah atau Tidak Mengisi: Salah satu permasalahan umum adalah baterai yang tidak mengisi dengan baik, yang bisa disebabkan oleh alternator yang rusak atau sambungan kabel yang longgar, (3) Komponen Elektronik yang Rusak: Komponen seperti relay, sensor, atau modul kontrol elektronik (ECU) dapat mengalami kerusakan akibat penggunaan yang berlebihan atau umur komponen yang sudah habis, (4) Masalah Grounding: Grounding yang tidak baik sering kali menyebabkan sistem kelistrikan tidak berfungsi dengan baik. Grounding yang buruk dapat mengakibatkan komponen listrik tidak mendapatkan aliran arus yang cukup.
Penerapan Problem Based Learning dalam Mengatasi Gangguan Kelistrikan
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menekankan pada proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, di mana siswa diberi kebebasan untuk menemukan solusi atas masalah yang mereka hadapi. Dalam konteks mata pelajaran Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan, model PBL sangat relevan untuk diterapkan. Melalui model ini, siswa dihadapkan pada situasi nyata, seperti gangguan kelistrikan yang sering terjadi di lapangan, kemudian mereka diminta untuk menganalisis dan menemukan solusinya.
Langkah-langkah penerapan PBL dalam pembelajaran kelistrikan otomotif adalah sebagai berikut:
Pertama, Identifikasi Masalah: Siswa diajak untuk mengidentifikasi gangguan kelistrikan yang terjadi pada kendaraan. Misalnya, lampu utama tidak menyala meskipun baterai dalam kondisi baik. Pada tahap ini, siswa diajak untuk berpikir kritis dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah.
Kedua, Analisis Masalah: Setelah masalah teridentifikasi, siswa diminta untuk menganalisis gangguan tersebut dengan memeriksa rangkaian kelistrikan, memeriksa sambungan kabel, kondisi sekering, dan komponen lain yang mungkin terlibat.
Ketiga, Penentuan Solusi: Berdasarkan analisis yang dilakukan, siswa diminta untuk merumuskan solusi yang tepat. Misalnya, jika ditemukan bahwa sekering putus, siswa perlu mengganti sekering dengan yang sesuai dan memeriksa kemungkinan terjadinya korsleting.
Keempat, Penerapan Solusi: Setelah solusi ditentukan, siswa diajak untuk menerapkan langkah-langkah perbaikan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Tahap ini penting untuk memastikan bahwa siswa dapat melakukan perbaikan dengan benar dan sesuai standar keselamatan.
Kelima, Evaluasi Hasil: Siswa kemudian diminta untuk mengevaluasi hasil perbaikan. Apakah sistem kelistrikan kembali berfungsi normal? Jika tidak, mereka diminta untuk mencari kembali penyebab yang mungkin terlewat.
Penerapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran kelistrikan otomotif memberikan banyak manfaat bagi siswa kelas XII TKRO. Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya memahami teori tentang aliran arus listrik, tetapi juga dilatih untuk berpikir kritis, menganalisis masalah, dan menemukan solusi dengan tepat. Dengan kemampuan ini, siswa diharapkan mampu memperbaiki gangguan kelistrikan kendaraan ringan sesuai dengan SOP yang berlaku di dunia kerja.
Selain itu, metode ini juga melatih keterampilan kerja sama tim, di mana siswa bekerja sama untuk memecahkan masalah, berbagi ide, dan mendiskusikan solusi terbaik. Hal ini sejalan dengan tuntutan industri otomotif yang membutuhkan tenaga kerja yang terampil, kolaboratif, dan mampu bekerja di bawah tekanan.
Dengan pemahaman yang baik tentang aliran arus listrik dan keterampilan teknis dalam mengatasi gangguan kelistrikan, siswa SMK jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif akan lebih siap menghadapi tantangan di dunia industri otomotif. Mereka akan mampu melakukan pemeliharaan dan perbaikan kelistrikan kendaraan dengan lebih percaya diri dan profesional.
Pemahaman tentang aliran arus listrik dan teknik mengatasi gangguan kelistrikan sangat penting bagi siswa SMK, khususnya jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif. Melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, siswa dapat mengembangkan kemampuan analisis, pemecahan masalah, dan penerapan perbaikan sesuai SOP yang berlaku. Dengan keterampilan ini, mereka akan siap memasuki dunia kerja dengan kompetensi yang memadai, khususnya dalam bidang pemeliharaan kelistrikan kendaraan ringan.
Pembelajaran yang berfokus pada problem solving seperti ini tidak hanya meningkatkan pemahaman teoritis, tetapi juga memberikan pengalaman praktis yang sangat berharga bagi siswa.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Wiler Upik, S.Pd., Guru Produktif Teknik Kendaraan Ringan
Editor: Tim Humas dan Literasi
Penerapan SOP di bengkel sangat penting sekali
Mantaabbb’s
Mantap👍💯
Beri Komentar