Info Sekolah
Jumat, 04 Okt 2024
  • Guru PAI SMKN 10 Semarang Juara 1 Lomba Guru PAI Berprestasi Kemenag Kota Semarang##SMKN 10 Semarang Juara 2 Anugerah Sekolah Berbudaya Sehat Tk. Nasional

Life Skill Guru Bimbingan Konseling Sangat Penting dalam Mewujudkan Optimalisasi Kesehatan Mental Peserta Didik

Diterbitkan :

Kesehatan mental atau kesehatan jiwa merupakan perasaan bahagia, semangat dalam menjalani hidup serta dapat melakukan hal-hal positif untuk diri sendiri maupun orang lain. Terganggunya kesehatan mental membuat orang tidak lagi merasakan perasaan yang sama ketika masih dalam keadaan mental yang sehat. Gangguan kesehatan mental yang dapat dialami oleh seseorang sangat beragam yaitu: gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan psikotik, gangguan suasana hati, gangguan makan, gangguan pengendalian impils dan kecanduan, gangguan obesif kompulsif (OCD), gangguan stress pascatrauma (PTSD).

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang mengalami gangguan mental diantaranya: faktor genetik, riwayat keluarga yang memiliki gangguan serupa, stress berat, kejadian traumatis, penggunaan obat-obatan terlarang, dan juga kondisi medis/kejiwaan orang tersebut.

Untuk mengetahui seseorang mengalami gangguan kesehatan mental membutuhkan diagnonis dari psikiater atau psikolog. Karena gejala dan penyebabnya kurang bisa dipahami dengan baik oleh orang awam, sehingga membutuhkan pengobatan khusus seperti obat-obatan dan juga terapi. Maka dari itu sangat berbahaya jika orang awam melakukan self diagnonis kepada orang yang dicurigai mengalami gangguan kesehatan mental tersebut. Bahaya self diagnosis bisa berdampak sangat buruk kepada seseorang dengan gejala gangguan mental. Karena akan menyebabkan salah diagnonis dan bisa membuat gangguan yang sebenarnya dialami tidak terdeteksi, dan menyebabkan gangguan tersebut semakin parah.

Bagaimana dengan kondisi kesehatan Peserta Didik di lingkungan sekolah? Menurut Riskedas (2018), permasalahan kesehatan mental di sekolah sebagai berikut:

  • 9% gangguan emosional penduduk umur lebih dari 15 tahun
  • 9,1% prevalensi merokok umur 10-18 tahun, dengan 6% adalah perokok aktif
  • 3,3% proporsi minuman beralkohol usia lebih dari 10 tahun
  • 27% pengguna NAPZA adalah pelajar, serta
  • Terjadi kasus kekerasan sebanyak 4885 aduan

Rendahnya mutu kesehatan mental di sekolah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

  • Minimnya perhatian terhadap pengembangan kepribadian. Kepribadian merupakan faktor yang sangat penting bagi individu dalam menghadapi dan mengelola kejadian yang menekan. Tidak optimalnya karakteristik kepribadian yang terlihat dari harga diri rendah, serba tergantung, dan tidak tahan banting, menyebabkan individu yang bersangkutan rentan terhadap gangguan mental, misalnya somatisasi. Somatisasi adalah salah satu contoh gangguan yang representatif dalam menjelaskan ketidakmampuan individu dalam menghadapi tekanan kehidupan. Melalui somatisasi, individu mernilih sakit sebagai jalan lari dari masalah karena dengan sakit orang tersebut mendapatkan beberapa keuntungan (Hadjam, 2003).
  • Mulai ditinggalkannya nilai nilai kearifan lokal. Kearifan lokal adalah sumber nilai-nilai yang membawa kelangsungan kidup yang beretika. Hidup dalam keragaman, damai, toleran, penuh maaf dan pengertian, harmoni dengan lingkungan, rukun, bermoral, saling asah, asih, dan asuh, kearifan seperti inilah yang tumbuh dari dalam lubuk hati masyarakat. nilai mulia kearifan lokal tersebut seakan menjadi jargon dan semboyan belaka yang tidak terintemalisasi dalam pribadi individu sehingga tidak menjadi patokan dalam berpikir, bertindak dan berprilaku. Permasalahan di atas adalah beberapa contoh mulai pudamya kearifan lokal yaitu menipisnya rasa tepa selira, rasa malu dan kebersamaan Dengan maraknya budaya materialisme, tidak heran jika korupsi pun marak berkembang. Orang yang materialis tidak memiliki kesadaran bahwa sumber daya alam adalah terbatas serta kesadaran bahwa manusia harus hidup dalam kebersamaan. Fasilitas alam yang langka tak seharusnya diperebutkan dengan mengorbankan pihak lain atau dihamburkan untuk memanjakan nafsu, melainkan untuk dimanfaatkan seefisien mungkin demi kelestarian hidup bersama.
  • Budaya Konsumtif. Budaya konsumtif adalah bentuk penipuan terhadap diri sendiri melalui sejumlah metode eskapisme atau pelarian diri. Indikator individu yang konsumtif antara lain meletakkan uang dalam urutan tertinggi tujuan hidupnya, suka membelanjakan uang di luar keperluan serta menemukan kebahagiaan hanya dari perolehan instrinsik. Budaya konsumtif merupakan bentuk kekalahan mental manusia, kekalahan dalam pertarungan melawan tekanan kehidupan. Budaya konsumtif sudah bukan lagi didominasi oleh kelas tertentu akan tetapi sudah bersifat populis yang menjadi milik semua lapisan masyarakat.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka Penulis mengangkat pentingnya Life Skill bagi Guru BK dalam mewujudkan kesehatan mental yang optimal bagi Peserta Didik di SMK Negeri 10 Semarang. Life Skill yang dimiliki oleh Guru BK diharapkan dapat membantu meningkatkan kepedulian Warga sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat untuk lebih peduli terhadap Peserta Didik yang mengalami gangguan kesehatan mental. Dengan adanya kerjasama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, Peserta Didik dapat merasakan peran dan dukungan dari lingkungan sekitar dapat memberi motivasi dan dorongan kearah yang positif sehingga Peserta Didik dapat berkembang dan menyalurkan apa yang ia rasakan tanpa harus membawa dampak buruk atau negatif bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar.

Berikut adalah langkah-langkah Guru BK dalam mengaplikasikan Life Skill:

  1. Guru BK mengirimkan media slide power point yang berhubungan dengan materi layanan kesehatan mental pada remaja
  2. Peserta Didik membaca slide powerpoint yang berhubungan dengan materi layanan kesehatan mental pada remaja
  3. Guru BK mengajak Peserta Didik berdiskusi dan tanya jawab terkait materi yang telah diberikan
  4. Guru BK memberikan media link youtube (https://youtu.be/5Y76XIgwVyI) berkaitan dengan materi yang telah disampaikan
  5. Guru BK memberi tugas kepada masing-masing Peserta Didik untuk melihat video youtube dan mengambil pesan yang dapat diambil dari video tersebut
  6. Peserta Didik menuliskan pesan yang dapat diambil pada kertas dan membacanya apabila ditunjuk
  7. Guru BK memberikan penjelasan ulang mengenai video di youtube.

“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”

Penulis: Elmina Ita Kusumawardani, S.Pd., M.Si., Guru BK

Editor: Tim Humas

Artikel ini memiliki

1 Komentar

vania
Jumat, 30 Sep 2022

mantap kak. terimakasih atas informasinya yuk kunjungi https://walisongo.ac.id/ ada jurusan psikolog juga loh disana

Balas

Beri Komentar