Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata mengikir adalah meratakan (menghaluskan dan sebagainya) dengan kikir. Contoh: Mengikir besi. Mengikir berasal dari kata dasar kikir. Bagi siswa SMK khususnya Jurusan Teknik Pemesinan mengikir bukanlah hal yang asing, karena merupakan salah satu materi yang diajarkan pada Jurusan Teknik Pemesinan di SMK. Pada mata pelajaran produktif PDTM (Pekerjaan Dasar Teknik Mesin), ada satu KD (Kompetensi Dasar) yakni pekerjaan perkakas tangan. Di dalam KD ini diajarkan hal-hal tentang melakukan pembentukan, perbaikan dan perakitan yang sesuai dengan masing-masing fungsi peralatan tangan dengan mesin dan semua pekerjaan dilakukan di atas meja kerja (work bench) atau dikenal dengan kerja bangku. Kerja bangku meliputi pekerjaan yang bisa atau dapat dilakukan diatas meja. Contohnya: mengikir, mengetap, menggerinda, melukis ,menandai, menggergaji, menekuk, mengebor dan pekerjaan merakit serta finishing. Berdasar kenyataan bahwa alat utama yang dipakai dalam pekerjaan mengikir adalah kikir, maka cukup beralasan jika sebutan mudah untuk “Mengikir” adalah “Ngikir”.
Mengikir/ngikir adalah salah satu kegiatan meratakan permukaan benda kerja hingga mencapai ukuran, kerataan, dan kehalusan tertentu dengan menggunakan kikir yang dilakukan dengan tangan. Untuk mendapatkan hasil pengikiran yang presisi dan maksimal diperlukan pemahaman tentang jenis dan karakteristik kikir sebagai alat peraut/pengikis dan teknik-teknik mengikir yang baik. Selain itu pekerjaan mengikir juga diperlukan tenaga yang kuat dan harus telaten, ulet, dan teliti. Cara memegang kikir yang tepat adalah dengan tangan kanan pada tangkai kikir dengan ibu jari tangan terletak di bagian atas daripada tangkai. Jempol tidak boleh terlalu keras menekan pada tangkai kikir. Kikir digerakkan maju oleh tekanan telapak tangan, karena pengaruh tekanan tangan kiri pada kikir. (Wahyuni, 2019: 60).
Dalam setiap proses industri, ada Standard Operational Procedure (SOP). Begitu juga dengan proses pengikiran. Pengerjaan dasar sebelum melakukan pengikiran antara lain sebagai berikut: {1) Memilih dan Menyiapkan Tempat Kerja; (2) Melemaskan Sendi-sendi Tangan; (3) Melakukan Gerakan Utama/dasar Sebanyak Mungkin; (4) Penjepitan Benda Kerja (Menggunakan Ragum/Catok); (5) Spesifikasi Ragum; (6) Pemegangan Kikir. Melihat SOP tersebut tergambarkan bahwa mengikir membutuhkan tenaga dan keterampilan yang baik. Dari aspek akademis, pada SMK Kejuruan perlu keterampilan atau terampil, yang meliputi terampil motorik (motor), terampil pikir (cerdas), dan terampil hati (attitude). Ngikir pada dasarnya adalah untuk membelajarkan tema-tema kerja membentuk benda-benda persegi. tapi dari aspek tingkah laku kerja adalah untuk mengantarkan tema-tema kerja manual di tangan, yang orientasinya adalah untuk mengidentifikasi kepresisian, ketelitian, kepekaan kerja tangan manual. Ngikir adalah gerakan kerjanya membuat benda datar. Jadi utamanya melakukan kerja tangan ke arah horizontal rata. Indikator kalau gerakan tangannya rata ditandai dengan pekerjaan benda kerjanya rata.
Bila ditinjau dari segi filosofis, dari ngikir pada pelajaran PDTM terkandung tiga aspek terampil, yaitu terampil di otot/motorik (pekerjaannya presisi), terampil di otak/ pikir (pekerjaannya teliti) dan terampil di hati (hati-hati). Dari ngikir, mengantarkan siswa punya tebal di attitude. Secara fisik, siswa akan punya power atau punya daya tahan/ kesanggupan. Dalam daya tahan dapat dilihat bahwa benda yang dikikir biasanya keras, seperti besi atau baja. Sudah barang tentu pekerjaan seperti ini akan menguras tenaga. Gerakan yang dilakukan pun teratur dan terarah. Secara otomatis tubuh berkeringat. Oleh karena itu pekerjaan ngikir ini bisa juga disebut dengan Olah Raga. Sedangkan dalam arti presisi bisa dievaluasi dari ketelitian, kesabaran, dan keuletan. Selain itu juga melibatkan “emosi” siswa, karena merasa lelah dan bosan karena membutuhkan waktu lama. Tak jarang siswa ada yang merasa jengkel. Maka diperlukan etos kerja, kesabaran, semangat dan kedisplinan yang tinggi. Di sinilah ngikir punya arti sebagai Olah Pikir.
Gambaran lelahnya Siswa yang berkeringat, kelelahan, mengeluh lapar, menggumam, dan bahkan ada yang ekstrim minta istirahat untuk dilanjutkan lain hari adalah kondisi yang biasa Penulis hadapi. Namun Penulis harus siap menyemangati mereka dan menciptakan penyegaran-penyegaran selama praktik agar semangat mereka muncul kembali. Jadi jelas mengapa “Ngikir” mengandung filosofi Olah Raga dan Olah/pikir. Karena membutuhkan kesanggupan dan ketahanan (full power) yang bagus dan perlu pengendalian emosi, semangat, etos kerja, dan kedisplinan yang tinggi.
“SMK Negeri 10 Semarang, Dari Semarang Untuk Indonesia”
Penulis: Anik Yuswanti,, S.Pd., Guru Produktif TPK
Editor: Tim Humas
Beri Komentar