Info Sekolah
Jumat, 18 Okt 2024
  • Guru PAI SMKN 10 Semarang Juara 1 Lomba Guru PAI Berprestasi Kemenag Kota Semarang##SMKN 10 Semarang Juara 2 Anugerah Sekolah Berbudaya Sehat Tk. Nasional

Membangun Kenangan dengan Souvenir Buku yang Ditulis Sendiri

Diterbitkan :

Khaled Hosseini, lahir pada 4 Maret 1965 di Kabul, Afghanistan, adalah seorang penulis terkenal yang dikenal karena menggambarkan Afghanistan secara hidup dalam karyanya, terutama dalam novel debutnya, “The Kite Runner” (2003). Karya-karyanya yang mendalam dan penuh emosi telah menarik perhatian dunia dan membuka mata banyak orang terhadap kehidupan dan budaya di Afghanistan. Latar belakang dan pendidikan Hosseini memberikan pengaruh besar terhadap karyanya yang autentik dan penuh warna.

Hosseini tumbuh di Kabul, sebuah kota yang kaya akan sejarah dan budaya. Ayahnya adalah seorang diplomat, dan ibunya adalah seorang guru bahasa Persia di sebuah sekolah perempuan. Lingkungan keluarga yang berpendidikan ini memberikan fondasi yang kuat bagi perkembangan intelektualnya. Pada tahun 1976, ketika Hosseini berusia sebelas tahun, keluarganya pindah ke Paris, Prancis, di mana ayahnya bekerja di kedutaan Afghanistan. Perpindahan ini memberikan Hosseini kesempatan untuk merasakan kehidupan di luar Afghanistan dan mendapatkan perspektif yang lebih luas tentang dunia.

Namun, kehidupan keluarga Hosseini berubah drastis pada tahun 1979 ketika Uni Soviet menginvasi Afghanistan. Karena situasi yang tidak menentu dan berbahaya, mereka tidak dapat kembali ke tanah air mereka. Akhirnya, keluarga Hosseini pindah ke California setelah diberikan suaka politik oleh Amerika Serikat. Perpindahan ini menandai awal dari perjalanan panjang Hosseini di negeri asing, di mana ia harus beradaptasi dengan budaya dan lingkungan yang sangat berbeda dari kampung halamannya.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya di Amerika Serikat, Hosseini melanjutkan studi di University of California, San Diego, dan kemudian mendapatkan gelar kedokteran. Setelah lulus kuliah, ia bekerja sebagai dokter di California. Dia memulai praktik medis sebagai internis pada tahun 1996. Meskipun karier medisnya berjalan dengan baik, hasrat Hosseini untuk menulis tetap menggelora di dalam dirinya. Pada tahun 2003, ia menerbitkan novel debutnya, “The Kite Runner,” yang langsung mendapat sambutan hangat dan kesuksesan besar.

Kesuksesan “The Kite Runner” memungkinkannya untuk pensiun dari profesi medis dan beralih menulis secara penuh waktu. Novel ini tidak hanya sukses secara komersial tetapi juga mendapat banyak pujian kritis karena penggambaran mendalam tentang kehidupan di Afghanistan serta hubungan yang rumit antara ayah dan anak, persahabatan, dan pengkhianatan. Novel ini juga diadaptasi menjadi film pada tahun 2007, yang semakin meningkatkan popularitasnya.

Selain “The Kite Runner,” Hosseini juga menulis dua novel lain yang mendapat banyak pujian: “A Thousand Splendid Suns” (2007) dan “And the Mountains Echoed” (2013). Kedua novel ini juga berlatar sebagian di Afghanistan dan menampilkan karakter-karakter Afghanistan yang berjuang dengan berbagai tantangan hidup. “A Thousand Splendid Suns” mengisahkan tentang dua wanita yang menjalani kehidupan sulit di tengah perang dan penindasan, sementara “And the Mountains Echoed” mengeksplorasi hubungan keluarga yang kompleks dan pengorbanan.

Kisah hidup dan karya-karya Hosseini menginspirasi banyak orang dan membuka mata dunia tentang kehidupan dan budaya di Afghanistan. Ia tidak hanya berhasil menciptakan karya sastra yang indah dan mengharukan tetapi juga memberikan suara kepada mereka yang sering kali tidak terdengar. Dalam setiap tulisannya, Hosseini menampilkan kemanusiaan, harapan, dan perjuangan yang ada dalam setiap individu, membuatnya menjadi salah satu penulis paling berpengaruh di zaman kita.

Kisah Khaled Hosseini dalam menulis buku telah menjadi sumber inspirasi bagi saya untuk mengambil langkah yang sama. Perjuangannya dalam menelurkan karya sastra yang menggugah hati mengilhami saya untuk mencatat setiap langkah dalam perjuangan membangun sekolah, yang kemudian saya kumpulkan menjadi sebuah buku. Buku yang dicetak ini bukan hanya sekadar kumpulan catatan, tetapi juga menjadi souvenir berharga yang saya berikan kepada tamu yang datang.

Memberikan souvenir berupa buku yang ditulis sendiri memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya tetap relevan dan berharga, terutama sebagai hadiah bagi tamu yang berkunjung. Salah satu alasan utamanya adalah sentuhan personal yang diberikan oleh buku tersebut. Buku yang ditulis sendiri memberikan kesan yang lebih intim karena mencerminkan pemikiran dan perasaan penulis. Selain itu, Anda dapat menambahkan pesan khusus, catatan, atau dedikasi pada halaman awal, memberikan sentuhan personal yang tidak mungkin diberikan oleh buku komersial.

Selain itu, buku yang ditulis sendiri memungkinkan penulis untuk mengekspresikan kreativitas dan gaya pribadi. Anda memiliki kebebasan untuk memilih format, gaya penulisan, dan desain yang sesuai dengan selera Anda. Hal ini menjadikan buku tersebut unik dan berbeda dari buku-buku lainnya, memberikan pengalaman membaca yang lebih khas dan mendalam bagi penerima.

Memori yang lebih berharga juga menjadi salah satu kelebihan dari buku yang ditulis sendiri. Buku yang berisi pengalaman, cerita, atau pemikiran pribadi memiliki nilai emosional yang tinggi. Penerima akan menghargai buku tersebut sebagai kenangan yang lebih berharga daripada sekadar benda fisik. Setiap halaman dalam buku tersebut mengandung cerita dan makna yang mendalam, menjadikannya kenang-kenangan yang akan selalu dikenang.

Pesan yang lebih mendalam juga dapat disampaikan melalui buku yang ditulis sendiri. Anda dapat mengandung pesan, pelajaran, atau wawasan yang lebih mendalam dalam buku tersebut. Dengan cara ini, Anda dapat berbagi pemikiran tentang kehidupan, cinta, atau inspirasi dengan cara yang lebih pribadi dan menyentuh hati.

Selain itu, buku yang ditulis sendiri juga memberikan kesempatan untuk berbagi pengetahuan. Jika buku tersebut berisi pengetahuan atau keahlian tertentu, Anda dapat berbagi informasi berharga dengan penerima. Ini bisa menjadi hadiah yang bermanfaat dan edukatif, memberikan manfaat jangka panjang bagi pembacanya.

Melalui buku yang ditulis sendiri, kita dapat memberikan sesuatu yang lebih dari sekadar hadiah fisik. Kita memberikan sepotong diri kita, pemikiran kita, dan pengalaman kita kepada orang lain. Ini adalah cara yang indah untuk merayakan momen spesial, menginspirasi, dan memberikan kenangan yang abadi. Dengan demikian, buku yang ditulis sendiri menjadi pilihan yang populer dan berharga sebagai souvenir dalam berbagai kesempatan.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMKN 10 Semarang

Artikel ini memiliki

7 Komentar

Arimurti Asmoro
Kamis, 18 Jul 2024

Menulis, aktifitas yang meningkatkan kreatifitas. Buku, dokumentasi yang selalu menjadi inspirasi.
Luar biasa, Pak Ardan.

Balas
Suparman, S.Pd
Kamis, 18 Jul 2024

Salam Literasi,,,👍👍👍

Balas
Elmina Ita Kusuma Wardani
Kamis, 18 Jul 2024

Berinovasi di literasi ….semangat Bp Ardan

Balas
Eni S
Kamis, 18 Jul 2024

Tradisi yg bagus memberikan souvenir dari karya sendiri. Salam literasi

Balas
verry wijaya
Kamis, 18 Jul 2024

Sukses selalu bwt K.10 wabil khusus bp. Ardan S……keren

Balas
Johan h
Kamis, 18 Jul 2024

Semangat literasi memberi inspirasi

Balas
Wildan Sugiharto
Kamis, 18 Jul 2024

Top, selalu mewarnai literasi di SMKN 10 Semarang.

Balas

Beri Komentar