Napoleon Bonaparte, seorang jenderal besar yang namanya abadi dalam sejarah, pernah mengungkapkan sebuah pepatah yang menggugah pemahaman kita tentang kepemimpinan: “Jika Anda membangun pasukan 100 singa dan pemimpinnya adalah seekor anjing, dalam pertarungan apa pun, singa akan mati seperti anjing. Tetapi jika Anda membangun pasukan 100 anjing dan pemimpinnya adalah singa, semua anjing akan bertarung seperti singa.”
Pepatah ini, meski sederhana, menyimpan pelajaran mendalam tentang esensi kepemimpinan sejati. Napoleon, dengan strategi militer brilian dan keberhasilannya dalam memimpin pasukan besar, memahami bahwa kekuatan suatu kelompok sangat ditentukan oleh kualitas pemimpinnya.
Singa, sebagai raja hutan, dikenal kuat dan tak terkalahkan. Namun, di bawah pimpinan yang lemah, bahkan singa bisa kehilangan arah dan semangat bertarung. Sebaliknya, anjing yang biasanya dianggap lebih lemah dapat menunjukkan keberanian luar biasa jika dipimpin oleh pemimpin yang tangguh dan inspiratif. Napoleon menekankan bahwa kualitas kepemimpinan lebih penting daripada kekuatan individu dalam sebuah tim. Pemimpin yang baik tidak hanya memerintah, tetapi juga menginspirasi, memotivasi, dan membimbing anggotanya untuk mencapai potensi maksimal mereka. Pemimpin seperti ini mampu mengubah kelompok yang biasa-biasa saja menjadi pasukan yang luar biasa.
Bagi pemimpin organisasi, menyusun strategi adalah aktivitas krusial. Membayangkan masa depan, membentuk visi, dan menguraikannya menjadi misi adalah proses yang penting dan menyenangkan. Ini adalah saat di mana ide-ide besar dan inovasi dikumpulkan untuk menciptakan peta jalan menuju kesuksesan. Namun, sering kali strategi yang baik gagal terlaksana sesuai dengan rencana aksi yang telah disusun. Bahkan, inisiatif untuk perbaikan berkelanjutan sering kali hilang dan terlupakan di tengah kesibukan rutinitas harian. Mayoritas pemimpin organisasi sepakat bahwa masalah utamanya adalah satu: eksekusi!
Setiap pemimpin memiliki cara sendiri dalam memberikan arahan kepada timnya agar tujuan organisasi tercapai. Mereka memberikan kebebasan bagi tim untuk berkreasi dalam proses pelaksanaan strategi. Namun, meskipun metode dan pendekatannya berbeda-beda, hasil akhir sering kali tidak sesuai dengan rencana awal. Hal ini menyebabkan frustrasi di kalangan pemimpin, yang kemudian menyalahkan tim mereka karena dianggap tidak mengikuti strategi yang telah ditetapkan.
Mengatasi tantangan eksekusi memerlukan pemahaman bahwa masalahnya bukan pada orang-orangnya, melainkan pada proses eksekusi itu sendiri. Pemimpin harus memastikan bahwa visi dan misi organisasi dipahami dengan jelas oleh semua anggota tim, memberikan pelatihan yang tepat dan berkelanjutan, serta membuat sistem pertanggungjawaban yang jelas. Dengan komunikasi yang efektif, pelatihan yang tepat, pengawasan yang berkelanjutan, budaya organisasi yang kuat, dan pemanfaatan teknologi, pemimpin dapat memastikan bahwa strategi yang dirancang dengan baik dapat terlaksana dengan sukses.
Napoleon Bonaparte mengajarkan kita bahwa kepemimpinan bukan hanya tentang posisi atau kekuasaan, tetapi tentang kemampuan untuk menginspirasi dan memandu orang lain. Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu melihat potensi dalam setiap anggota tim dan membantu mereka mengembangkan kekuatan tersebut untuk mencapai tujuan bersama. Dengan cara ini, visi dan misi organisasi dapat tercapai dan membawa kesuksesan yang diinginkan.
Menyalahkan individu dalam tim bukanlah solusi yang tepat ketika eksekusi strategi mengalami kegagalan. Masalah sebenarnya bukan pada orang-orangnya, melainkan pada proses eksekusi itu sendiri. Penelitian dalam pengembangan Four Disciplines of Execution (4DX) mengungkapkan bahwa kegagalan dalam eksekusi sering kali dapat ditelusuri ke beberapa masalah mendasar. Banyak individu dalam organisasi tidak yakin dengan sasaran yang ditetapkan, tidak berkomitmen untuk mencapainya, tidak tahu cara menerjemahkan sasaran menjadi tindakan nyata, dan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas hasil eksekusi tersebut.
Kebanyakan pemimpin organisasi cenderung melupakan bahwa kunci sukses eksekusi terletak pada perubahan perilaku individu dalam setiap prosesnya. Mengubah perilaku bukanlah tugas yang mudah, bahkan bagi diri sendiri, apalagi bagi setiap anggota tim. Ketika dihadapkan pada tantangan ini, pemimpin sering kali merasa lebih mudah untuk mengganti strategi atau mengganti orang yang dianggap bermasalah daripada berfokus pada upaya perubahan perilaku.
Perubahan perilaku secara alami akan terjadi ketika individu memiliki komitmen dan merasa memiliki organisasi. Ketika anggota tim benar-benar memahami tujuan organisasi dan merasa menjadi bagian dari perjalanan untuk mencapainya, mereka akan lebih termotivasi untuk mengubah perilaku mereka agar selaras dengan tujuan tersebut.
Buku “The 4 Disciplines of Execution” yang ditulis oleh Chris McChesney, Sean Covey, dan Jim Huling, menjadi panduan praktis untuk mencapai tujuan organisasi meski di tengah-tengah rutinitas dan prioritas yang sering saling berlomba. Buku ini menekankan pentingnya berfokus pada beberapa tujuan penting dan menerapkan praktik khusus guna mencapai hasil yang diharapkan. Berikut adalah ringkasan dari empat disiplin tersebut:
Di tengah kompetisi pendidikan yang semakin ketat, SMKN 10 Semarang menghadapi tantangan untuk tidak hanya bertahan tetapi juga unggul. Untuk mencapai tujuan tersebut, sekolah ini menerapkan prinsip-prinsip dari buku “The 4 Disciplines of Execution”. Buku ini menawarkan kerangka kerja yang efektif untuk mencapai tujuan organisasi dan telah menjadi pilar utama dalam membangun SMKN 10 Semarang menuju prestasi yang gemilang.
Disiplin 1: Fokus pada Tujuan yang Sangat Penting (WIG)
Langkah pertama dalam perjalanan menuju keunggulan adalah mengidentifikasi beberapa tujuan yang sangat penting (WIG) yang berdampak signifikan terhadap keberhasilan sekolah. Contohnya, meningkatkan mutu lulusan dan memperkuat kerjasama dengan industri. Dengan fokus pada WIG ini, SMKN 10 Semarang dapat mengarahkan sumber daya dan energi mereka secara efektif. Guru dan staf memiliki pandangan yang jelas tentang apa yang harus dicapai, sehingga usaha mereka tidak terpecah-pecah oleh terlalu banyak target yang berbeda.
Disiplin 2: Act on Lead Measures
Setelah menetapkan tujuan yang sangat penting, SMKN 10 Semarang beralih ke disiplin kedua, yaitu fokus pada lead measures. Alih-alih hanya mengandalkan lag measures seperti nilai ulangan siswa yang baru terlihat setelah proses panjang, sekolah fokus pada tindakan-tindakan yang dapat mempengaruhi hasil tersebut. Misalnya, sekolah melacak kualitas pembelajaran, tingkat kehadiran siswa, serta partisipasi dalam program magang industri. Dengan mengidentifikasi dan melacak langkah-langkah kunci ini, sekolah dapat secara proaktif mengukur kemajuan dan membuat penyesuaian yang diperlukan.
Disiplin 3: Simpan Kemajuan pada Website Sekolah
Untuk menjaga motivasi dan keterlibatan, SMKN 10 Semarang membuat website sekolah yang menarik untuk memantau kemajuan menuju WIG. Konten website ini dibagikan dalam grup WA Sekolah, sehingga guru dan staf dapat melihatnya setiap hari. Konten ini mudah dipahami dan menampilkan program pencapaian tujuan. Hal ini tidak hanya membantu menjaga fokus tetapi juga mendorong semangat guru dan karyawan.
Disiplin 4: Membuat Irama Akuntabilitas
Disiplin terakhir yang diterapkan adalah menciptakan irama akuntabilitas. SMKN 10 Semarang mengadakan pertemuan rutin, baik mingguan maupun bulanan, di mana guru dan staf saling bertanggung jawab atas komitmen mereka. Dalam pertemuan ini, kemajuan dievaluasi, tantangan dibahas, dan solusi dicari bersama. Melalui proses ini, setiap individu merasa lebih bertanggung jawab dan terlibat dalam pencapaian tujuan sekolah. Irama akuntabilitas ini memastikan bahwa fokus dan komitmen tetap terjaga sepanjang tahun ajaran.
Hasil Positif dari Penerapan The 4 Disciplines of Execution
Penerapan The 4 Disciplines of Execution telah membawa perubahan positif di SMKN 10 Semarang. Mutu lulusan meningkat, kerjasama dengan industri semakin kuat, dan motivasi siswa serta guru meningkat signifikan. Fokus yang jelas, tindakan terukur, visibilitas progres, dan akuntabilitas yang konsisten telah menciptakan budaya keberhasilan yang nyata di SMKN 10 Semarang. Dengan prinsip-prinsip ini, SMKN 10 Semarang terus melangkah menuju masa depan yang lebih cerah dan penuh prestasi.
Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMKN 10 Semarang
Baca juga artikel berikut :
Kepala SMKN 10 Semarang Berbagi Penguatan Numerasi di SMKN 1 Kaligondang
Tingkatkan Literasi Dan Numerasi, SMAN 1 Rowokele Gandeng SMKN 10 Semarang
SMKN 10 Semarang Menjadi Rujukan Penguatan Literasi Guru Di SMK Teuku Umar
Workshop Peningkatan Kapabilitas GTK di SMKN 9 Surakarta
Menginspirasi!! Membangun visi dan melaksanakan misi organisasi dengan satu tujuan bersama dan bergerak seirama
Jiioossss……gandooss
S7 … membangun bersama bergerak maju bersama SMKN10 SEMARANG Tercinta
Penerapan 4 disiplin membawa perubahan SMKN 10 Semarang penuh prestasi. Mantap dan semangat terus untuk maju👍
Sangat menginspirasi… Semoga SMK 10 semakin maju
Seorang leader harus punya impian yg di usung dg kerja cerdas ,💪💪💪💪💪
Inspiratif.
Inspiratif👍🙏
Literasi yang menginspirasi
Luar biasa👍 menambah wawasan
Luar biasa sangat menginspirasi sekali pak. Terima kasih atas ilmu yg dibagikan
Beri Komentar