Semarang, Kamis (20/2/2025) – Suara kicau burung liar di sore hari menjadi salah satu daya tarik tersendiri di lingkungan SMKN 10 Semarang. Ketika waktu pulang sekolah tiba, warga sekolah sering kali melihat burung-burung liar berkeliaran di lapangan dan halaman sekolah. Keberadaan mereka tidak hanya menambah semarak suasana alami tetapi juga memberikan ketenangan bagi siapa saja yang mendengarnya. Untuk memperkuat kehadiran burung liar ini, SMKN 10 Semarang berencana meluncurkan program inovatif bertajuk “Menambah Kicau Burung Liar” sebagai bagian dari upaya menciptakan lingkungan sekolah yang lebih asri, nyaman, dan edukatif.
Program ini dirancang untuk meningkatkan jumlah burung liar di area sekolah dengan beberapa langkah strategis. Salah satunya adalah menyediakan habitat yang ramah burung. Salah satu elemen penting dalam langkah ini adalah pembuatan kolam kecil sebagai sumber air. Burung membutuhkan air untuk minum dan mandi, sehingga keberadaan kolam dangkal atau pancuran air akan sangat membantu mereka. Kolam tersebut akan ditempatkan di lokasi strategis agar mudah dijangkau oleh burung-burung yang datang.
Selain itu, sekolah juga berencana membuat sarang buatan di beberapa tempat. Tidak semua burung mampu membuat sarang sendiri, terutama di lingkungan perkotaan seperti sekolah. Oleh karena itu, sarang buatan akan disediakan sebagai alternatif tempat tinggal bagi burung liar. Sarang ini akan dibuat menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan seperti kayu, bambu, atau serat alami agar lebih menyerupai habitat asli burung. Selain sarang buatan, sekolah juga akan memasang rumah burung di lokasi strategis, seperti di dahan pohon tinggi. Ukuran lubang masuk pada rumah burung akan disesuaikan dengan spesies burung yang ingin diundang, sehingga mereka merasa nyaman untuk tinggal.
Langkah lainnya adalah menyediakan makanan tambahan untuk menarik burung liar agar lebih sering berkunjung dan tinggal di area sekolah. Makanan seperti biji-bijian, buah-buahan, atau kacang-kacangan akan disebar di tempat yang mudah dijangkau oleh burung. Selain itu, feeder (tempat makan burung) akan dipasang di lokasi yang aman dari gangguan manusia dan predator. Feeder ini akan diisi dengan makanan favorit burung, seperti nasi merah atau jagung. Dengan adanya makanan tambahan ini, diharapkan burung liar akan merasa lebih betah tinggal di lingkungan sekolah.
Untuk melindungi burung dari ancaman predator, sekolah juga akan memastikan tidak ada kucing liar atau hewan lain yang dapat mengganggu keberadaan mereka. Jika diperlukan, pagar pelindung akan dipasang di sekitar area habitat burung. Selain itu, siswa akan diajarkan untuk tidak mengganggu burung atau merusak sarang mereka. Edukasi ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dan cinta terhadap lingkungan di kalangan siswa.
Manfaat kehadiran burung liar di sekolah tidak hanya terbatas pada estetika dan suasana alami. Secara ekologis, burung membantu meningkatkan kualitas udara dengan mengontrol populasi serangga yang dapat merusak tanaman. Dalam konteks pendidikan, kehadiran burung juga menciptakan lingkungan belajar yang lebih nyaman dan menenangkan bagi siswa dan guru. Suara kicau burung di pagi atau sore hari dapat menjadi pengalaman relaksasi yang alami, membantu mengurangi stres dan meningkatkan produktivitas belajar.
Tidak hanya itu, program ini juga memiliki nilai edukatif yang besar. Melalui interaksi dengan burung liar, siswa dapat belajar tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati serta hidup berdampingan dengan alam. Ini adalah bentuk pendidikan karakter yang efektif, mengajarkan siswa untuk peduli terhadap makhluk hidup lain dan bertanggung jawab atas kelestarian lingkungan.
Kepala SMKN 10 Semarang, Ardan Sirodjuddin, menyambut baik program ini. Menurutnya, keberadaan burung liar di sekolah adalah salah satu cara untuk menciptakan lingkungan belajar yang inspiratif dan berkelanjutan. “Kami ingin siswa tidak hanya belajar di dalam kelas, tetapi juga belajar dari alam. Dengan kehadiran burung liar, siswa dapat memahami pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan menghargai kehidupan,” ujarnya dengan nada optimis.
Sementara itu, salah satu guru IPAS, Hikma Nurul Izza, mengungkapkan bahwa program ini juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran praktis. “Melalui program ini, siswa bisa belajar tentang siklus hidup burung, rantai makanan, dan peran burung dalam ekosistem. Ini adalah cara yang menyenangkan untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan kegiatan nyata di lingkungan sekolah,” jelasnya.
Program “Menambah Kicau Burung Liar” ini diharapkan dapat menjadi model bagi sekolah-sekolah lain dalam upaya memperkuat hubungan antara manusia dan alam. Dengan dukungan penuh dari seluruh warga sekolah, termasuk siswa, guru, dan karyawan, SMKN 10 Semarang berkomitmen untuk menjadikan lingkungan sekolah sebagai tempat yang ramah bagi burung liar. Harapan besar tertumpu pada generasi muda untuk terus belajar, peduli, dan berkontribusi dalam menjaga kelestarian alam.
Dengan langkah-langkah yang telah direncanakan, kehadiran burung liar di SMKN 10 Semarang tidak hanya akan menjadi daya tarik visual dan auditori, tetapi juga simbol harmoni antara manusia dan alam. Semoga program ini dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan sekolah dan menjadi inspirasi bagi komunitas pendidikan lainnya.
Penulis : Nindar Setiyowati, S.Pd., Guru Bahasa Inggris SMKN 10 Semarang
Keren dong…semakin asriii…
Beri Komentar