Surakarta, 18 Februari 2025 – Sebanyak 55 guru dari satuan pendidikan inklusi se-Jawa Tengah berkumpul di Hotel Syariah Surakarta untuk mengikuti kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penilaian Hasil Belajar pada Satuan Pendidikan Inklusi. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, mulai 18 hingga 20 Februari 2025, dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan keterampilan para guru dalam merancang program penilaian yang sesuai dengan kebutuhan siswa di sekolah inklusi.
Acara dibuka secara resmi oleh Dra. Uswatun Hasanah, S.Pd., M.Pd., yang memberikan arahan singkat kepada para peserta. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya semangat belajar dan kolaborasi antar-guru. “Semangat dalam mengikuti pembelajaran, harapannya kita memiliki persepsi dan komprehensif terhadap pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan inklusif di daerahnya masing-masing dan saling membagikan antar rekan guru,” ujarnya dengan nada penuh harapan.
Kegiatan ini dirancang untuk memberikan wawasan baru bagi para guru tentang bagaimana menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif, di mana setiap siswa, tanpa terkecuali, merasa diterima dan dihargai. Salah satu peserta, Sofiatul Nadziyah, menyampaikan kesan mendalamnya terkait pelaksanaan bimtek ini. “Dengan adanya kegiatan ini, saya sangat senang karena mendapatkan ilmu baru. Kegiatan ini menyadarkan kita sebagai guru bahwa semua siswa berhak merasa diterima dan dihargai, juga pentingnya terciptanya lingkungan sekolah yang inklusif,” ungkapnya.
Sofiatul melanjutkan, “Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam merancang dan membuat program untuk meningkatkan pendidikan inklusif. Kami juga dilatih untuk memberikan pengalaman langsung dalam melakukan identifikasi dan penilaian.” Ia menambahkan bahwa materi yang disampaikan sangat relevan dengan tantangan nyata yang dihadapi di lapangan.
Selama tiga hari, para peserta mendapatkan materi dari tiga pemateri yang ahli di bidangnya. Dr. Subagya, M.Si., membahas teknik penilaian pada satuan pendidikan inklusi. Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya pendekatan individual dalam proses penilaian. “Setiap siswa memiliki kebutuhan dan potensi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, teknik penilaian harus fleksibel dan adaptif agar dapat mengakomodasi semua siswa,” jelasnya.
Materi kedua disampaikan oleh Drs. Slamet Supriyanto, yang fokus pada pelaporan hasil penilaian pada satuan pendidikan inklusi. Menurutnya, pelaporan hasil penilaian bukan hanya soal angka atau nilai akhir, tetapi juga mencakup aspek-aspek lain seperti perkembangan sosial, emosional, dan keterampilan siswa. “Pelaporan yang baik akan memberikan gambaran holistik tentang kemajuan siswa, sehingga orang tua dan guru dapat bekerja sama untuk mendukung perkembangan mereka,” ucap Slamet.
Pemateri ketiga, Prof. Dr. Munawir Yusuf, M.Psi., membahas implementasi pendidikan inklusi secara menyeluruh. Ia menyoroti pentingnya peran sekolah dalam menciptakan budaya inklusif. “Pendidikan inklusi bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi juga seluruh komponen sekolah, termasuk kepala sekolah, staf administrasi, bahkan siswa lainnya. Semua pihak harus terlibat aktif untuk memastikan bahwa setiap anak mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan,” tegasnya.
Para peserta tampak antusias mengikuti sesi demi sesi yang diselenggarakan. Selain mendapatkan materi teori, mereka juga diajak untuk berlatih langsung membuat program penilaian dan simulasi pelaporan hasil belajar. Metode ini dinilai efektif untuk memberikan pengalaman praktis kepada para guru, sehingga mereka dapat langsung menerapkan ilmu yang didapat di sekolah masing-masing.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang pembelajaran, tetapi juga wadah silaturahmi antar-guru dari berbagai daerah. Para peserta saling berbagi pengalaman dan strategi dalam menghadapi tantangan di sekolah inklusi. Hal ini sejalan dengan harapan Dra. Uswatun Hasanah, yang menginginkan adanya kolaborasi antar-guru untuk memajukan pendidikan inklusif di Indonesia.
“Melalui kegiatan ini, kami berharap para guru dapat membawa pulang ilmu yang bermanfaat dan menerapkannya di sekolah masing-masing. Pendidikan inklusi adalah masa depan kita, dan setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini akan berdampak besar bagi generasi mendatang,” tutup Dra. Uswatun Hasanah saat menutup acara pembukaan.
Kegiatan Bimtek Penilaian Hasil Belajar pada Satuan Pendidikan Inklusi ini diharapkan dapat menjadi momentum penting bagi peningkatan kualitas pendidikan inklusif di Indonesia. Dengan semakin banyaknya guru yang terlatih dan berkomitmen, diharapkan setiap anak, tanpa memandang latar belakang atau kondisi fisiknya, dapat menikmati pendidikan yang berkualitas dan merasa diterima sepenuhnya di lingkungan sekolah.
Penulis : Dini Riyani, S.Pd., Guru Bahasa Indonesia SMKN 10 Semarang
Belajar sepanjang hayat….sipp
Beri Komentar