Semarang-Banjir masih menjadi persoalan berulang di lingkungan SMKN 10 Semarang. Meski tidak sampai masuk ke ruang kelas, bengkel, atau laboratorium komputer, air yang menggenang di halaman sekolah tetap menjadi tantangan serius, terutama saat curah hujan tinggi mengguyur wilayah tersebut. Mengawali hari pertama masuk sekolah pada Selasa, 08 April 2025, seluruh guru dan karyawan SMKN 10 Semarang bahu-membahu melakukan kerja bakti membersihkan saluran air mulai pukul 09.00 WIB.
Kegiatan ini dilakukan secara serentak setelah aktivitas pembelajaran di hari pertama ditutup lebih awal. Dengan mengenakan perlengkapan seadanya seperti cangkul, sekop, dan karung bekas, para guru dan karyawan tampak antusias mengangkat lumpur dan sampah yang menyumbat aliran air di sekitar halaman dan pinggiran sekolah. Tanpa rasa canggung, para pendidik ini berubah menjadi petugas kebersihan demi memastikan aliran air kembali lancar dan halaman sekolah bebas dari genangan.
Kepala SMKN 10 Semarang, Ardan Sirodjuddin, yang turut serta dalam kegiatan tersebut menjelaskan bahwa banjir yang terjadi bukan semata akibat curah hujan, tetapi juga karena kondisi saluran yang sudah dipenuhi endapan tanah. “Setelah kami cek bersama tim, ternyata banyak saluran yang mengalami sedimentasi. Tanah dan lumpur yang menumpuk menyebabkan kapasitas aliran menjadi sangat terbatas,” ungkap Ardan saat ditemui di lokasi kerja bakti.
Menurutnya, jika kondisi tersebut tidak segera ditangani, genangan air akan terus menjadi masalah berkelanjutan setiap kali hujan turun. “Oleh karena itu, kami memutuskan untuk melakukan penggalian dan pengerukan secara manual agar debit air yang masuk ke saluran bisa lebih besar dan mengalir lancar ke arah drainase utama,” tambahnya.
Ardan juga menegaskan bahwa kerja bakti ini bukan sekadar respons sesaat, melainkan bagian dari upaya jangka panjang sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang bersih, sehat, dan nyaman. Ia pun mengapresiasi kekompakan guru dan karyawan yang tanpa ragu langsung turun tangan.
“Saya sangat bangga melihat kekompakan teman-teman hari ini. Ini membuktikan bahwa semangat gotong royong di SMKN 10 Semarang masih terjaga. Kita tidak bisa hanya menunggu bantuan dari luar, sekolah ini adalah rumah kita bersama, jadi sudah seharusnya kita rawat bersama-sama,” tegas Ardan.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, Andhika Wildan Krisnamurti, mengaku bahwa ia merasa senang bisa berkontribusi langsung untuk sekolah. “Kegiatan seperti ini membuat kami semakin dekat satu sama lain. Ada rasa memiliki yang kuat ketika kita membersihkan lingkungan sekolah dengan tangan sendiri,” ujarnya sambil mengambil sedimen tanah dari saluran air.
Hal senada diungkapkan Meliana Dian Puspita, staf tata usaha yang ikut serta dalam kerja bakti. Menurutnya, genangan air yang sering muncul di halaman memang mengganggu kenyamanan siswa dan guru, apalagi jika dibiarkan terlalu lama. “Genangan air bisa menjadi sarang nyamuk dan membuat halaman becek. Jadi memang harus segera diatasi,” ujarnya.
Dengan langkah konkret seperti ini, SMKN 10 Semarang membuktikan bahwa persoalan lingkungan sekolah dapat ditangani secara mandiri melalui kerja sama dan kesadaran kolektif. Meski tantangan banjir belum sepenuhnya tuntas, kerja bakti yang dilakukan hari ini menjadi awal penting menuju solusi yang lebih berkelanjutan. Semangat gotong royong yang diperlihatkan oleh seluruh elemen sekolah menjadi cermin nyata dari pendidikan karakter yang tidak hanya diajarkan, tetapi juga dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Beri Komentar