Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, paradigma pembelajaran di sekolah banyak mengalami perubahan. Terutama pada masa covid 19, pembelajaran dilaksanakan secara daring atau PJJ, sehingga pembelajaran dilaksanakan secara terbatas. Berdasarkan hasil pengamatan, Siswa kurang aktif dalam belajar, dikarenakan model pembelajaran kurang menarik yang tidak melibatkan Siswa secara aktif. Keaktifan Siswa rendah, sebab pembelajaran yang berpusat pada Guru dan hanya menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional. Sehingga nilai ulangan harian yang dicapai Siswa di bawah KKM.
Dengan demikian, Guru perlu merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi Siswa, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Strategi pembelajaran yang berpusat pada Siswa dan penciptaan suasana pembelajaran yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar, khususnya pada Mata Pelajaran PPKn. Mapel PPK bertujuan untuk membentuk Siswa menjadi Warga Negara Indonesia yang baik. Agar misi pelajaran PPKn berhasil, maka Guru perlu memilih model pembelajaran yang mampu mengaktifkan Siswa dengan model pendekatan Kontekstual.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) atau pendekatan Kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan Siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong Siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Wina Sanjaya, 2006:109). Sehingga, dengan pendekatan Kontekstual tersebut dapat meningkatkan hasil belajar PPKn, sebagai contoh pada kompetensi Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika untuk Siswa kelas X SMK Negeri 10 Semarang.
Langkah-langkah pembelajaran kontekstual, yaitu: 1) Pendahuluan, yang terdiri dengan kegiatan: a. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pembelajaran yang akan dipelajari yaitu Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika; b. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual; c. Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap Siswa yaitu pentingnya peran generasi muda dalam upaya menjaga integrasi bangsa dalam konteks Bhinneka Tunggal Ika. Langkah berikutnya adalah, 2) Inti dilapangan, dengan kegiatan: a. Siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian tugas kelompok; b. Siswa mencatat hal yang mereka temukan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya. Kemudian pada langkah ke-3) Di dalam kelas, yaitu: Siswa mendiskusikan, melaporkan, dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
Dengan pendekatan konstekstual tersebut, Siswa dapat antusias, aktif mengerjakan tugas secara kelompok dengan menjaga jarak dan mematuhi protokol kesehatan, sehingga suasana belajar sangat menyenangkan karena adanya kerjasama, untuk menemukan sendiri jawabannya. Siswa sadar pentingnya peran generasi muda dalam upaya menjaga integrasi bangsa dalam konteks Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara Guru dengan Siswa yang ditujukan untuk melakukan perubahan sikap dan pola pikir kearah yang lebih baik untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan model kontekstual sangat tepat untuk menyampaikan materi Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika, sehingga Siswa dapat berperan aktif dalam upaya menjaga integrasi bangsa sebagai Warga Negara Indonesia serta dapat memecahkan persoalan yang dihadapi di dalam kehidupan nyata. Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendekatan Kontekstual membantu Guru dan Siswa membuat kaitan materi yang diajarkan dengan situasi nyata, sehingga mampu melebur pemahaman materi yang dimiliki dengan implementasinya dalam kehidupan. Penerapan model pembelajaran Kontekstual sangat menarik dan menyenangkan karena melibatkan Siswa secara penuh dalam kehidupan nyata, dan meningkatkan hasil belajar PPKn.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Dra. Sami, Guru Mapel PPKn/Ka. Perpustakaan
Beri Komentar