Kata Performance tidak asing kita dengar, yang berarti menampilkan. Dalam pembelajaran menulis puisi sering performance terabaikan. Mengapa performance terabaikan? Performance dianggap tidak penting. Lebih-lebih di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Guru dalam pembelajaran menulis puisi jarang menyediakan waktu untuk performance. Hal itu dianggap bisa menyita waktu lama. Guru tidak menggunakan performance dalam pembelajaran menulis puisi.
Dengan kondisi tersebut berdampak pada Peserta Didik. Peserta Didik kurang antusias dalam menulis puisi. Peserta Didik hanya asal menulis puisi saja. Mereka merasa tidak ada penghargaan terhadap hasil karyanya. Solusi apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut?
Solusi yang tepat mengatasi permasalahan tersebut, materi pembelajaran menulis puisi lebih diperhatikan. KD Keterampilan menulis puisi kelas X SMK yang diberikan tidak hanya sekadar menulis puisi saja, tetapi juga diperlukan performance hasil karya Peserta Didik. Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra sebagai ungkapan perasaan penulis. Ungkapan perasaan yang imajinatif dituangkan dalam puisi. Dalam puisi bisa diungkapkan perasaan emosi rasa haru, sedih, bahagia, gembira, kecewa, bahkan cinta. Namun, untuk menuangkan dalam tulisan bisa mudah, bisa pula sulit.
Pembelajaran menulis puisi di SMK diharapkan dapat melatih Peserta Didik agar mampu menulis puisi. Akan tetapi, materi menulis puisi cenderung kurang diminati. Peserta Didik malas mengikuti pembelajaran menulis puisi. Mereka kurang antusias dalam pembelajaran menulis puisi. Peserta Didik tidak bersemangat dalam pembelajaran menulis puisi. Kondisi tersebut perlu mendapat perhatian khusus supaya tujuan pembelajaran berhasil dengan baik.
Bagaimana mewujudkan keberhasilan dalam pembelajaran menulis puisi? Upaya yang dilakukan Guru dengan menciptakan pembelajaran yang menarik. Guru mengawali pembelajaran dengan performance pembacaan puisi. Dengan suara nyaring, Guru membacakan puisi. Pembacaan puisi tersebut mengundang perhatian Peserta Didik. Suatu penantian yang cukup lama performance dari seorang Guru yang selama ini didambakan oleh Peserta Didik. Peserta Didik mengapresiasi pembacaan puisi yang dilakukan oleh Guru. Mereka mencoba membacakan kembali puisi yang dibacakan Guru. Kegiatan tersebut juga diapresiasi baik oleh Guru maupun Peserta Didik. Mereka terkondisi untuk menerima pembelajaran menulis puisi.
Aktivitas pembelajaran menulis puisi dimulai, Peserta Didik diminta untuk mengamati benda, peristiwa, dan kejadian yang saat itu terjadi. Peserta Didik diperintahkan untuk membuat puisi berdasarkan apa yang sudah diamati. Penulisan puisi sudah selesai, hasil puisi Peserta Didik dikumpulkan. Guru mengapresiasi melalui performance. Performance dengan membacakan puisi yang telah ditulis Peserta Didik. Performance bertujuan untuk menemukan puisi-puisi Peserta Didik yang paling bagus, menemukan bakat membaca Peserta Didik yang paling bagus, menilai, dan mengapresiasi puisi Peserta Didik.
Untuk mengatasi keterbatasan waktu Peserta Didik maju satu per satu membacakan puisi. Guru mengajak Peserta Didik membacakan puisi-puisi yang menarik. Selanjutnya dibandingkan kelemahan dan kelebihannya. Peserta Didik diminta melakukan penilaian. Hasil penilaian dikumpulkan sebagai evaluasi.
Pembelajaran tersebut menjadikan Peserta Didik antusias. Mereka terlibat aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran tidak membosankan. Peserta Didik semakin percaya diri karena hasil karyanya diapresiasi oleh Guru dan teman-temannya. Pembelajaran menulis puisi dengan performance bukan suatu penantian lagi di SMK.
Jika Guru tidak menggunakan model performance justru menghambat kreativitas Peserta Didik. Peserta Didik tidak percaya diri akan hasil karyanya. Mereka merasa tidak mampu menulis puisi. Puisi dianggap tidak penting dan tidak ada gunanya. Pembelajaran menulis puisi menjadi lesu, bahkan membosankan. Oleh karena itu, pembelajaran menulis puisi perlu performance. Performance dalam pembacaan puisi di depan kelas, rekaman video pembacaan puisi atau hasil karya tulisan puisi ditempel di mading. Selain itu, juga bisa dikirimkan ke media massa dan penerbit. Pembelajaran menulis puisi dengan performance sangat disarankan di SMK.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Digna Palupi, S.Pd., M.Pd., Guru Mapel Bahasa Indonesia
Editor: Tim Humas
Okey…bu Digna
Beri Komentar