Dewasa ini dapat kita ketahui setiap satuan pendidikan memiliki tujuan yang sama dan berlomba untuk menjadi yang terbaik. Tidak terkecuali pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan dimana dalam perjalanan pendidikannya dapat menghantarkan Peserta Didiknya untuk terjun ke dalam dunia usaha dan dunia industri. Dalam perbaikan mutu pada pendidikan diperlukan pula suatu persiapan yang baik, dari segi kompetensinya sampai pada budaya kerja yang ada pada sekolah maupun budaya kerja yang ada dalam dunia kerja.
Budaya kerja sendiri merupakan suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorog, membudaya dalam kehidupan pada suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Daniel Goelman dimana penelitian tersebut dilakukan sejak tahun 1990-an yang memfokuskan kepada perbedaan antara orang sukses dengan orang yang gagal di bidang karier. Dan pada penelitian tersebut ditemukan bahwa 15% dari 13 kesuksesan karier seseorang disebabkan oleh keahlian teknis, sementara sisanya 85% disebabkan oleh kecerdasan emosional atau soft skills (Suryaputra N.A, 200: 103)
Terdapat beberapa budaya kerja yang perlu diterapkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), antara lain: (1) Komunikatif, (2) Sopan, (3) Jujur, (4) Kerja keras, (5) Kolaboratif, (6) Disiplin, taat dan patuh pada aturan yang telah ditentukan, (7) Patuh pada pimpinan, dan (7) Kritis.
Sementara, dalam pengembangan budaya kerja terdapat beberapa tahapan yang dapat dilakukan yaitu: (1) Membangun Tim Kerja Sekolah, (2) Pembinaan Kedisiplinan, (3) Pembinaan Ketarunaan, (4) Pembiasaan Kerohanian, (5) Pengembangan Bakat dan Minat, dan (6) Pembentukan Karakter Kerja dan Kontrak Belajar
Program budaya industri ini diperlukan karena adanya tuntutan dunia industri terhadap mutu lulusan SMK, khususnya SMKN 10 Semarang yang kompeten baik dari aspek hard skill maupun aspek soft skill. Sehingga jelas program budaya industri terbukti mampu menjawab kebutuhan akan perlunya suatu program yang menjembatani kesenjangan antara budaya kerja industri dengan budaya kerja di SMKN 10 Semarang terhadap standar kerja yang dibutuhkan oleh industri.
Penulis: Safira Naila Tamama, Mahasiswa UNNES Lantip Angkatan 2 di SMKN 10 Semarang
Editor: Tim Humas
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Beri Komentar