Guna menyiapkan Siswa bekerja di industri, budaya industri harus dikenalkan dan diterapkan pada saat Siswa menempuh masa belajar di sekolah. Kualitas lulusan SMK Negeri 10 Semarang terus berkembang seiring perkembangan dunia industri yang sudah memasuki era Revolusi Industri 4.0. Hal ini tentunya berdampak positiff pada perusahaan yang memang membutuhkan calon tenaga kerja yang benar benar siap untuk bekerja di industri.
Budaya Industri itu sendiri menurut (Mangkunegara), merupakan perangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai, dan norma yang dikembangkan dalam suatu organisasi yang dapat dijadikan sebagai landasan tingkah laku anggota, untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal maupun integrasi internal. Sementara itu menurut (Gering Supriyadi dan Tri Guno), Budaya Industri adalah ajaran yang didasari pada pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok yang tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja.
Tujuan dari Budaya Industri sendiri adalah untuk mengubah sikap dan juga perilaku sumber daya manusia agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang. Pembentukan budaya kerja memerlukan proses yang panjang, dimulai dari karakter kerja individu yang baik yang menjadi kebiasaan dan akhirnya membentuk karakter kerja secara kolektif yang disebut budaya Industri. Oleh karena itu di SMK Negeri 10 Semarang kelas X dengan konsentrasi keahlian teknik sepeda motor mempersiapkan budaya industri pada mata pelajaran dasar dasar otomotif dengan elemen K3LH dan budaya kerja industri. Melalui proses belajar yang dirancang agar menyerupai tempat kerja di dunia industri dan dunia usaha, baik peralatannya, sarana prasarana pendukungnya serta keterampilan penggunaan alat kerja maka diharapkan terbentuknya karakter budaya kerja industri pada lulusan Siswa SMK Negeri 10 Semarang.
Tujuan penerapan budaya industri pada Siswa SMK Negeri 10 Semarang agar Siswa lebih berkualitas, kompeten dan siap bekerja sesuai kebutuhan industri serta sebagai bekal ketika berwirausaha atau melanjutkan studi. Penerapan budaya industri ini agar membiasakan Siswa memiliki soft skill yang baik sehingga Siswa SMK Negeri 10 Semarang memilki budaya kerja yang sesuai dengan tuntutan Dunia Industri dan Dunia Kerja (IDUKA) dan memiliki kemampuan beradaptasi yang cepat terhadap situasi kerja di IDUKA.
Program budaya industri yang sudah diterapkan di SMK Negeri 10 Semarang yaitu program budaya kerja 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Yang prinsipnya (1) Ringkas adalah memisahkan segala sesuatu yang diperlukan dan menyingkirkan yang tidak diperlukan dari tempat kerja. Mengetahui benda mana yang tidak digunakan, mana yang akan disimpan, serta bagaimana cara menyimpannya supaya dapat mudah diakses terbukti sangat berguna bagi sekolah, (2) Rapi adalah menyimpan barang sesuai dengan tempatnya. Kerapian adalah hal mengenai sebagaimana cepat kita meletakkan barang dan mendapatkannya kembali pada saat diperlukan. (3) Resik adalah membersihkan tempat/lingkungan sekolah, mesin/peralatan, dan barang-barang agar tidak terdapat debu, kotoran dan bau. Kebersihan harus dilaksanakan dan dibiasakan oleh setiap Siswa, (4) Rawat adalah mempertahankan hasil yang telah dicapai pada (Ringkas, Rapi, Resik) sebelumnya dengan membakukannya standarisasi., (5)Rajin adalah terciptanya kebiasaan pribadi guru dan karyawan serta Siswa untuk menjaga dan meningkatkan apa yang sudah dicapai. Rajin di lingkungan sekolah berarti pengembangan kebiasaan positif di lingkungan sekolah.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Suparman, S.Pd., Guru Produktif TSM (K3 TSM)
Editor: Tim Humas
Beri Komentar