Info Sekolah
Rabu, 09 Okt 2024
  • Guru PAI SMKN 10 Semarang Juara 1 Lomba Guru PAI Berprestasi Kemenag Kota Semarang##SMKN 10 Semarang Juara 2 Anugerah Sekolah Berbudaya Sehat Tk. Nasional

Membangun Budaya Menulis di SMKN 10 Semarang

Diterbitkan :

Sejak Januari 2022, saya berkesempatan menjadi bagian dari keluarga besar SMKN 10 Semarang. Sejak awal, saya menyadari bahwa sekolah ini menyimpan potensi luar biasa namun juga dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi adalah stigma negatif yang melekat pada sekolah akibat sering terjadinya tindakan kekerasan di kalangan siswa.

Hasil analisis SWOT yang dilakukan mengkonfirmasi bahwa persepsi negatif masyarakat terhadap SMKN 10 Semarang memang sangat kuat. Label “sekolah yang sering tawuran” sudah begitu melekat dan menjadi hambatan besar bagi kemajuan sekolah. Stigma ini tidak hanya berdampak pada citra sekolah, tetapi juga pada motivasi belajar siswa dan dukungan dari berbagai pihak.

Stigma negatif yang melekat pada SMKN 10 Semarang sebagai sekolah yang identik dengan kekerasan telah menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus. Salah satu dampak paling nyata adalah kesulitan sekolah dalam menarik siswa berkualitas dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

Akibat reputasi buruk yang telah terlanjur melekat, SMKN 10 Semarang seringkali menjadi pilihan terakhir bagi calon siswa. Siswa-siswa yang mendaftar ke sekolah ini umumnya adalah mereka yang tergeser dari sekolah lain yang lebih diminati. Kondisi ini tentu saja berdampak pada kualitas input siswa yang masuk.

Dengan siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah dan mungkin membawa masalah dari sekolah sebelumnya, potensi terjadinya kembali tindakan kekerasan menjadi semakin besar. Hal ini semakin memperkuat stigma negatif yang sudah ada dan menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus.

Masalah ini bukan hanya berdampak pada citra sekolah, tetapi juga pada kualitas pendidikan secara keseluruhan. Siswa dengan motivasi belajar yang rendah akan sulit untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Akibatnya, prestasi belajar siswa menjadi rendah dan tujuan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi sulit tercapai.

SMKN 10 Semarang, yang selama ini identik dengan stigma negatif, tengah berupaya keras untuk mengubah narasi publik. Sekolah menyadari bahwa salah satu penyebab utama melekatnya stigma negatif adalah minimnya berita positif yang disebarluaskan. Untuk itu, sekolah berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan menulis guru agar dapat menghasilkan berita-berita baik dan artikel populer yang dapat menarik perhatian masyarakat.

Dari Stigma Negatif Menuju Citra Positif

Selama bertahun-tahun, SMKN 10 Semarang harus berjibaku dengan citra negatif yang melekat di masyarakat. Berita-berita tentang tindakan kekerasan yang dilakukan oleh siswa seringkali menjadi konsumsi publik, sehingga mengaburkan prestasi dan potensi positif yang ada di dalam sekolah.

Kondisi ini membuat sekolah kesulitan untuk menarik siswa berkualitas dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Padahal, di balik stigma negatif tersebut, banyak sekali kegiatan positif yang dilakukan oleh siswa dan guru SMKN 10 Semarang. Mulai dari prestasi akademik, kegiatan ekstrakurikuler, hingga aksi sosial.

Untuk mengubah narasi publik, SMKN 10 Semarang menyadari pentingnya mengelola informasi dengan baik. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah dengan meningkatkan kemampuan menulis guru. Dengan kemampuan menulis yang baik, guru dapat menghasilkan berita-berita positif yang menarik dan informatif. Berita-berita ini kemudian dapat disebarluaskan melalui berbagai media, baik itu media cetak, online, maupun media sosial.

SMKN 10 Semarang tengah gencar melakukan transformasi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kemampuan menulis guru. Tujuannya jelas: menghasilkan konten berkualitas yang tidak hanya membanggakan sekolah, tetapi juga menginspirasi masyarakat luas. Untuk mencapai tujuan tersebut, sekolah menerapkan pendekatan yang komprehensif, melibatkan berbagai metode seperti training, fasilitasi, mentoring, dan coaching.

Training: Membangun Fondasi yang Kuat

Langkah pertama yang dilakukan adalah menggelar pelatihan menulis bagi seluruh guru. Pelatihan ini dirancang untuk membangun fondasi yang kuat bagi guru dalam menghasilkan tulisan yang baik.

Melalui survei, sekolah mengidentifikasi secara spesifik apa saja yang perlu ditingkatkan dari kemampuan menulis guru. Apakah itu struktur kalimat, pemilihan kata, atau kemampuan menyusun argumen yang kuat.

Kurikulum pelatihan disusun secara cermat, mencakup berbagai aspek penulisan, mulai dari teknik dasar seperti menulis paragraf yang baik, hingga teknik menulis yang lebih kompleks seperti menulis opini atau artikel ilmiah populer.

Untuk memastikan kualitas pelatihan, sekolah mengundang narasumber yang kompeten di bidangnya. sekolah mengundang pemimpin redaksi koran lokal, Radar Semarang, untuk berbagi pengalaman dan memberikan tips menulis yang efektif.

Materi pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan guru dan perkembangan terkini di dunia penulisan. Materi disajikan secara menarik dan mudah dipahami, sehingga peserta pelatihan dapat dengan mudah menyerap ilmu yang disampaikan.

Fasilitasi: Menciptakan Ruang Kolaborasi

Setelah melaksanakan training, langkah selanjutnya adalah fasilitasi, yang berfokus pada membangun komunitas penulis di sekolah dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk menulis. Membangun komunitas ini penting untuk meningkatkan kualitas dan motivasi guru dalam menulis, sehingga dapat menginspirasi siswa mereka.

Langkah pertama dalam proses ini adalah menyelenggarakan workshop. Sekolah mengundang Pemimpin Redaksi Koran Radar Semarang untuk memberikan pelatihan tentang teknik menulis yang efektif dapat menjadi langkah awal yang signifikan. Dalam workshop ini, para peserta akan belajar tentang struktur tulisan, cara mengembangkan ide, serta teknik-teknik penulisan yang dapat membuat karya mereka lebih menarik dan informatif. Dengan mendapatkan ilmu dari para ahli, guru-guru diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam tulisan mereka.

Langkah berikutnya adalah membentuk kelompok menulis. Kelompok kecil ini berfungsi sebagai wadah bagi para guru untuk saling memberikan umpan balik dan dukungan. Melalui diskusi dan pertukaran ide, para guru dapat mengembangkan keterampilan menulis mereka dan memperbaiki karya mereka. Selain itu, kelompok ini juga bisa menjadi tempat untuk berbagi tantangan dan solusi, sehingga setiap anggota dapat belajar dari pengalaman satu sama lain. Dukungan dari sesama penulis sangat penting untuk mempertahankan semangat menulis dan meningkatkan kualitas tulisan.

Untuk mendukung kegiatan menulis, sekolah memberikan tugas kepada guru enam artikel sebagai produk dari workshop. Enam artikel ini diselesaikan dalam waktu satu semester sehingga satu bulan guru harus membuat satu artikel.

Sekolah juga membangun komunitas penulis di sekolah. Menulis artikel dan berita bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan langkah-langkah yang tepat, tujuan tersebut dapat tercapai. Melalui workshop, penugasan, kelompok menulis, dan penyediaan sarana dan prasarana,  diharapkan para guru dapat menjadi penulis yang lebih baik dan mampu menginspirasi siswa mereka untuk juga mencintai dunia literasi. Dengan demikian, lingkungan sekolah akan menjadi tempat yang kondusif untuk menulis, penuh dengan kreativitas dan inovasi.

Mentoring: Bimbingan Pribadi untuk Perkembangan yang Optimal

Setelah fasilitasi berhasil memunculkan beberapa guru yang mampu menulis berita dan artikel, langkah berikutnya adalah mentoring. Proses ini bertujuan untuk membangun hubungan jangka panjang antara guru yang berpengalaman dengan guru yang baru memulai. Mentoring menjadi kunci penting dalam memastikan perkembangan berkelanjutan dan peningkatan kualitas tulisan para guru.

Langkah pertama dalam mentoring adalah memasangkan mentor dan mentee. Guru yang memiliki kemampuan menulis yang baik dipasangkan dengan guru yang ingin mengembangkan keterampilan menulisnya. Pasangan ini dibentuk berdasarkan kesesuaian minat dan kebutuhan, memastikan bahwa mentee mendapatkan bimbingan yang tepat dari mentor yang memahami tantangan dan aspirasi mereka. Dengan demikian, proses belajar menjadi lebih efektif dan personal.

Langkah berikutnya adalah menentukan jadwal pertemuan secara berkala. Mentor dan mentee perlu bertemu secara rutin untuk membahas perkembangan menulis, memberikan masukan, dan berbagi pengalaman. Pertemuan ini dilakukan bulanan atau bergantung kesepakatan kedua belah pihak. Dalam pertemuan tersebut, mentee dapat menunjukkan hasil tulisannya dan mendapatkan umpan balik konstruktif dari mentor. Diskusi ini tidak hanya membantu mentee memperbaiki tulisannya, tetapi juga memberikan wawasan baru dan inspirasi.

Memberikan dukungan emosional dan motivasi adalah langkah penting dalam proses mentoring. Menulis bisa menjadi aktivitas yang menantang dan kadang membuat frustasi. Oleh karena itu, mentor perlu memberikan dukungan emosional kepada mentee, membantu mereka tetap termotivasi dan percaya diri. Dukungan ini bisa berupa dorongan positif, pengakuan atas kemajuan yang telah dicapai, serta saran praktis untuk mengatasi hambatan yang dihadapi. Dengan adanya dukungan ini, mentee akan merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk terus belajar dan berkembang.

Mentoring bukan hanya tentang meningkatkan keterampilan menulis, tetapi juga membangun hubungan yang saling menguntungkan antara mentor dan mentee. Melalui hubungan ini, mentee tidak hanya mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru, tetapi juga belajar tentang etos kerja, disiplin, dan semangat yang dibutuhkan untuk menjadi penulis yang baik. Sebaliknya, mentor juga mendapatkan kesempatan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta melihat dampak positif dari kontribusinya terhadap perkembangan mentee.

Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, proses mentoring dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dan kondusif bagi para guru untuk terus berkembang dalam menulis. Hubungan jangka panjang antara mentor dan mentee akan memperkaya pengalaman keduanya, menciptakan budaya berbagi pengetahuan, dan memperkuat komunitas penulis di sekolah. Melalui mentoring, diharapkan para guru dapat terus mengasah keterampilan menulis mereka dan menghasilkan karya-karya yang berkualitas, serta menginspirasi siswa mereka untuk mencintai dunia literasi.

Coaching: Membantu Mencapai Potensi Maksimal

Setelah melaksanakan tiga langkah penting yaitu training, fasilitasi, dan mentoring, masih terdapat beberapa guru yang belum sepenuhnya mampu menulis dengan baik. Oleh karena itu, diambil langkah terakhir yaitu coaching. Coaching berfokus pada bantuan individual untuk membantu guru mencapai potensi maksimal dalam menulis, dengan pendekatan yang lebih personal dan mendalam. Kepala sekolah sendiri yang menjadi coach, sedangkan coachee adalah guru-guru yang belum menyelesaikan tugas menulis.

Coaching dilakukan dengan metode TIRTA yang meliputi beberapa langkah. Langkah pertama dalam coaching adalah identifikasi kebutuhan. Melalui sesi coaching, coachee dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka dalam menulis. Proses ini melibatkan diskusi mendalam antara coachee dan coach, di mana coachee dapat mengeksplorasi area yang mereka butuhkan untuk ditingkatkan dan mengenali aspek-aspek dari tulisan mereka yang sudah baik. Dengan memahami kebutuhan individual ini, coaching dapat difokuskan pada area yang paling membutuhkan perhatian.

Setelah kebutuhan diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan. Bersama-sama, coachee dan coach menetapkan tujuan menulis yang Specific (Spesifik), Measurable (Terukur), Achievable (Dapat Dicapai), Relevant (Relevan), dan Time-bound (SMART). Tujuan ini menjadi peta jalan bagi guru dalam perjalanan mereka mengembangkan kemampuan menulis. Misalnya, seorang coachee dapat menetapkan tujuan untuk menulis artikel ilmiah dalam tiga bulan ke depan, dengan target pembaca yang jelas dan topik yang relevan dengan bidang mereka.

Membangun rencana aksi adalah langkah berikutnya dalam coaching. Coachee dan coach merancang langkah-langkah konkret untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Langkah-langkah ini bisa meliputi mengikuti workshop menulis untuk memperdalam teknik penulisan, bergabung dengan komunitas penulis untuk mendapatkan dukungan dan inspirasi, atau membuat jadwal menulis rutin agar disiplin dalam menulis. Rencana aksi ini disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing coachee, sehingga lebih efektif dan mudah diimplementasikan.

Memberikan umpan balik yang konstruktif dan spesifik terhadap tulisan coachee merupakan langkah penting dalam coaching. Coach membantu coachee memperbaiki gaya penulisan dan isi materi melalui umpan balik yang jelas dan terarah. Umpan balik ini mencakup aspek-aspek seperti struktur tulisan, kohesi antarparagraf, kejelasan ide, dan penggunaan bahasa yang tepat. Dengan umpan balik yang tepat, coachee dapat memahami kesalahan yang sering dilakukan dan belajar bagaimana cara memperbaikinya.

Coaching juga memberikan dukungan emosional yang penting bagi coachee. Menulis adalah proses yang bisa penuh tantangan dan kadang-kadang membuat frustrasi. Coach berperan sebagai pendukung yang memberikan dorongan semangat dan motivasi, membantu coachee tetap berkomitmen terhadap tujuan mereka. Dukungan ini membuat coachee merasa tidak sendirian dalam perjuangan mereka dan lebih termotivasi untuk terus berkembang.

Dengan pelaksanaan coaching, diharapkan semua coachee dapat mencapai potensi maksimal dalam menulis. Coaching tidak hanya membantu mereka memperbaiki keterampilan menulis, tetapi juga membangun kepercayaan diri dan semangat untuk terus berkarya. Pada akhirnya, langkah ini akan menciptakan lingkungan akademik yang kaya dengan karya-karya tulis berkualitas, memberikan inspirasi bagi siswa, dan meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Hasil dari Tindakan Training, Fasilitasi, Mentoring dan Coaching

Hasil dari training, fasilitasi, mentoring, dan coaching adalah semua guru mampu membuat artikel pendidikan dan berita yang dimuat di website sekolah. Dalam kurun waktu sejak Maret 2022 sampai dengan hari ini sudah terkumpul 845 berita dan 535 artikel pendidikan. Keberhasilan guru menulis mampu menjadikan SMKN 10 Semarang menerima Award dari Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I sebagai Sekolah Literasi Terbaik. Sekolah juga mampu menjadi juara 2 Lomba Inovasi Sekolah Tingkat Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah. Serta yang baru-baru ini menerima piala sebagai juara 2 Lomba Sekolah Berbudaya Sehat Tingkat Nasional.

Keberhasilan menulis oleh guru-guru tidak hanya dinikmati kalangan sendiri tetapi juga berbagi dengan masyarakat. Setiap berita atau artikel pendidikan yang terbit diwebsite sekolah kemudian dishare oleh Bapak dan Ibu Guru ke masyarakat melalui Whatsapp dan sosial media seperti facebook.

Dengan membagi berita dan artikel ke masyarakat setiap hari menimbulkan dampak di masyarakat. Praktik baik sekolah yang dibagikan ke masyarakat mampu memberi pembanding untuk stigma yang kurang baik.

Dalam upaya melihat persepsi masyarakat Kota Semarang terhadap SMKN 10 Semarang, sekolah telah mengambil langkah proaktif dengan meluncurkan angket pada Desember 2023. Angket yang terdiri dari sepuluh pertanyaan penting ini, dirancang untuk menangkap gambaran yang jelas tentang bagaimana sekolah ini dilihat dan dinilai oleh masyarakat luas.

Dengan memanfaatkan teknologi Google Form, angket ini disebarluaskan secara efisien melalui Facebook dan nomor WhatsApp, memudahkan responden untuk memberikan masukan mereka. Inisiatif ini tidak hanya menunjukkan komitmen SMKN 10 Semarang dalam meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga dalam membangun hubungan yang lebih erat dengan komunitas yang mereka layani.

Adapun hasil dari angket sebagai berikut :

NO PERTANYAAN JAWABAN
SS S CS KS TS
1 Apakah Anda memiliki persepsi yang positif tentang SMKN 10 Semarang saat ini? 54,2% 35,5% 6,6% 0,6% 3%
2 Apakah Anda merasa bahwa SMKN 10 Semarang telah berhasil mengubah citra sekolah yang dulu dikenal dengan kekerasan dan tawuran? 40,4% 39,2% 16,3% 1,8% 2,4%
3 Sejauh mana Anda merasa bahwa tindakan yang diambil oleh SMKN 10 Semarang telah efektif dalam mengatasi masalah kekerasan dan tawuran? 43,4% 40,4% 11,4% 1,8% 3%
4 Apakah Anda pernah mendengar atau membaca berita positif tentang SMKN 10 Semarang dalam beberapa waktu terakhir? 40,4% 31,3% 17,5% 4,2% 6,6%
5 Sejauh mana Anda merasa bahwa sekolah telah berkomunikasi dengan baik kepada masyarakat mengenai upaya perubahan dan peningkatan di SMKN 10 Semarang? 48,8% 36,7% 10,8% 1,8% 1,8%
6 Apakah Anda melihat adanya perubahan dalam perilaku siswa di SMKN 10 Semarang yang menunjukkan peningkatan dalam keamanan dan ketertiban sekolah? 44,6% 39,8% 11,4% 3,6% 0,6%
7 Apakah Anda merasa bahwa masyarakat sekitar SMKN 10 Semarang memiliki persepsi yang lebih positif tentang sekolah saat ini dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu? 47,6% 37,3% 10,8% 2,4% 1,8%
8 Apakah Anda akan merekomendasikan SMKN 10 Semarang kepada keluarga atau teman sebagai tempat yang aman untuk pendidikan? 50,6% 37,3% 8,4% 1,8% 1,8%
9 Bagaimana pendapat Anda tentang upaya SMKN 10 Semarang dalam membina kerjasama dengan pihak-pihak terkait, seperti kepolisian atau lembaga sosial, untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman? 52,4% 37,3% 7,2% 1,8% 1,2%
10 Sejauh mana Anda merasa bahwa sekolah telah mengimplementasikan program atau kebijakan yang efektif untuk mencegah dan menanggulangi kekerasan di lingkungan sekolah?

53,6%

28,9% 12,7% 1,8%

3%

Keterangan :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

CS : Cukup Setuju

KS : Kurang Setuju

TS : Tidak Setuju

 

Hasil angket yang dilakukan oleh SMKN 10 Semarang telah memberikan gambaran positif dari masyarakat Kota Semarang. Mereka mengakui dan mengapresiasi upaya sekolah dalam mengatasi masalah tawuran. Ini merupakan pencapaian yang membanggakan, menandakan bahwa sekolah telah berhasil menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif.

Keberhasilan ini tidak hanya meningkatkan reputasi SMKN 10 Semarang sebagai institusi pendidikan yang berkualitas, tetapi juga menegaskan komitmennya terhadap kesejahteraan dan perkembangan siswa. Dengan terciptanya suasana yang harmonis, sekolah ini telah membuktikan bahwa pendidikan bukan hanya tentang akademik, tetapi juga tentang membangun karakter dan menjaga nilai-nilai kebersamaan.

Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMKN 10 Semarang

Artikel ini memiliki

2 Komentar

Arimurti Asmoro
Minggu, 4 Agu 2024

Puji syukur kepada Tuhan…segala niat dan upaya positif untuk membangun SMKN 10 Sekarang membuahkan hasil yang signifikan untuk terus meraih prestasi dan memberi manfaat

Balas
MOHAMMAD YUNAN SETYAWAN
Minggu, 4 Agu 2024

Budaya menulis/ literasi termasuk Nilai Kebajikan Disiplin positif yang perlu terus dipupuk. Penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan.

Balas

Beri Komentar