Keberhasilan proses pembelajaran di kelas tidak hanya bergantung pada faktor guru dan siswa saja. Tetapi dipengaruhi oleh faktor yang lain mulai dari prasarana dan lingkungan belajar. Rr. Endah Yanuarti, M.Pd P.hD dalam paparannya menjelaskan bahwa lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang ada, meliputi semua kondisi-kondisi yang ada pada tempat proses pembelajaran dilaksanakan yang mempengaruhi perkembangan anak.
Selanjutnya narasumber memaparkan bahwa lingkungan belajar dapat diciptakan sedemikian rupa, sehingga dapat memfasilitasi anak dalam melaksanakan kegiatan belajar. Lingkungan belajar dapat merefleksikan ekspektasi yang tinggi bagi kesuksesan seluruh anak secara individual. Dengan demikian, lingkungan belajar merupakan situasi yang direkayasa oleh guru agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Mengacu pada Teori Ekologi dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917) yang fokus utamanya adalah pada konteks sosial di mana anak tinggal dan orang-orang yang memengaruhi perkembangan anak. Lima sistem lingkungan teori ekologi Bronfenbrenner terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang dari interaksi interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas.
Yang pertama Mikrosistem, adalah adalah setting dimana individu menghabiskan banyak waktu. Beberapa konteks dalam sistem ini antara lain adalah keluarga, teman sebaya, sekolah, dan tetangga. Dalam mikrosistem ini, individu berinteraksi langsung dengan orang tua, guru, teman seusia, dan orang lain. Manurut Bronfenbrenner, murid bukan penerima pengalaman secara pasif di dalam setting ini, tetapi murid adalah orang yang berinteraksi secara timbal balik dengan orang lain dan membantu mengkonstruksi setting tersebut.
Yang kedua Mesosistem, adalah kaitan antar-mikrosistem. Contoh adalah hubungan antara pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman di sekolah, dan antara keluarga dan teman sebaya. Misalnya, salah satu mesosistem penting adalah hubungan antara sekolah dan keluarga. Contohnya apabila seorang anak diabaikan oleh orang tuanya, kemungkinan dia kesulitan dalam bangun perilaku positif terhadap gurunya. Anak ini juga dapat merasa canggung akan kehadiran temannya dan dapat menarik diri dari teman-teman sekelasnya.
Yang ketiga adalah Eksosistem, merupakan hubungan atau tautan antara konteks/lingkungan dimana seseorang tidak mempunyai peran aktif dengan konteks/lingkungan di mana dia berpartisipasi aktif. Semisal seorang anak lebih dekat dengan ayahnya daripada ibunya. Maka apabila si ayah pergi bekerja ke luar kota untuk berapa bulan dapat terjadi konflik antara ibu dan anak dalam hubungan sosialnya atau sebaliknya bila anak terikat atau dekat dengan ibunya.
Yang keempat Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas yang mencakup peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak. Salah satu aspek dari status sosiekonomi murid adalah faktor perkembangan dalam kemiskinan. Kemiskinan dapat memengaruhi perkembangan anak dan merusak kemampuan mereka untuk belajar, meskipun beberapa anak di lingkungan yang miskin sangat ulet.
Yang terakhir adalah Kronosistem, dimana kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak. Kronosistem mencakup transisi dan perubahan dalam hidup seseorang. Kali ini dapat melibatkan konteks sosio-historis yang mempengaruhi seseorang. Salah satu contoh yang klasik adalah bagaimana perceraian, sebuah transisi kehidupan yang besar dapat mempengaruhi bukan hanya hubungan orang tua tetapi juga perilaku anak-anaknya. Menurut sebagian besar penelitian, anak-anak terpengaruh secara negatif pada tahun pertama perceraian. Tahun-tahun berikutnya terbukti bahwa interaksi dengan keluarga menjadi lebih stabil dan dapat diterima dengan baik.
Kepala SMKN 10 Semarang sebagai salah satu peserta pelatihan terinspirasi untuk menciptakan lingkungan belajar di sekolah yang baik.
“Lingkungan belajar yang baik akan meningkatkan Konsentrasi Belajar, siswa tidak stress dan tegang, dan meningkatkan gairah belajar sehingga belajar lebih efektif dan efisien guna mewujudkan hasil belajar yang lebih optimal” Ujar Bapak Ardan Sirodjuddin.
Penulis : Humas SMKN 10 Semarang
Beri Komentar