Belajar bahasa Jawa itu sangat unik, menyenangkan, dan jadi tantangan. Bagaimana bisa seperti itu? Ya, karena bahasa Jawa mempunyai pakem dan aturan yang baku mengenai undha-usuk basa. Seperti halnya prinsip hidup orang Jawa yang selalu berusaha hidup rukun dan menghormati orang lain, dengan menerapkan unggah-ungguh dan tata krama, maka saat berbicara ya tidak mudah harus memperhatikan tingkatan tutur dengan siapa kita berbicara.
Udha-usuk basa, yaitu tingkatan tutur atau tahapan-tahapan (stratifikasi) bahasa Jawa karena ingin menghormati orang yang diajak berbicara. Sudaryanto lan Ekowardono (1993), menjelaskan bahasa Jawa dibagi menjadi dua yaitu ngoko dan krama. Ngoko dibagi menjadi dua yaitu ngoko lugu dan ngoko alus, biasanya digunakan untuk percakapan dengan teman sebaya atau dengan orang yang lebih muda. Begitu juga Krama dibagi menjadi dua yaitu krama lugu dan krama alus, biasanya digunakan untuk percakapan dengan teman sebaya yang saling menghormati, atau kepada orang yang lebih tua
Masih kurangnya pengetahuan penggunaan Bahasa Jawa oleh para remaja bukanlah kesalahan dari pribadinya, namun disebabkan dari lingkungan keluarga yang kurang mendukung. Dengan berbagai usaha, Guru mengharapkan agar para Siswa dapat menggunakan unggah-ungguh dengan benar. Karena dengan bahasa yang baik dan santun, Siswa dapat dikatakan sebagai orang yang berkepribadian dan berkarakter baik. Dalam kenyataanya, pada proses belajar mengajar, terdapat beberapa Siswa yang tidak berani berbicara ataupun bertanya ketika diberikan kesempatan bertanya kepada Guru. Alasannya adalah khawatir salah dalam menggunakan Bahasa Jawa yang baik. Bersumber dari masalah yang dialami Siswa tersebut, sebagai Guru harus bisa mengambil langkah yang tepat ketika memilih dan menggunakan metode mengajar, yaitu dengan cara Guru bisa menggunakan metode presentasi.
Menurut Erwin Sutomo dalam Presentasi Aktif of Power Point (2007:1), presentasi merupakan kegiatan aktif dimana seorang pembicara menyampaikan dan mengkomunikasikan ide suatu informasi kepada sekelompok audiens. Dalam kegiatan tersebut, dibutuhkan bahasa yang sistematis terarah dan bertujuan.
Kegiatan pembelajaran bahasa Jawa di SMK Negeri 10 Semarang sudah menerapkan metode presentasi yang menggunakan Bahasa Jawa. Beberapa materi dalam pembelajaran bahasa Jawa Siswa diharuskan untuk menyampaikan hasil diskusinya didepan kelas dengan menerapkan metode presentasi. Para Siswa merasa senang, walaupun terdapat kesalahan-kesalahan yang sering muncul dan malu-malu dalam mengucapkannya. Suasana kelas menjadi agak ramai, karena ada bahasa yang baru didengar. Namun hal itu menjadikan Siswa justru lebih bersemangat belajar menggunakan bahasa krama dan tidak ragu lagi dalam bertanya jika ada yang belum diketahui. Beberapa Siswa masih ada yang menggunakan bahasa dengan sebisanya. Sedikit demi sedikit, anak-anak tersebut akan mulai terbiasa menggunakan bahasa krama yang benar. Guru bisa memberikan motivasi dan semangat berbahasa jawa kepada Siswa, terutama Siswa yang belum berani berbicara dan Siswa yang kurang memiliki kesopanan dalam berbicara.
Melalui metode presentasi dengan menggunakan unggah-ungguh Basa Jawa dalam pembelajaran ini, diharapkan Siswa terbiasa dengan Bahasa Jawa yang baik dan benar dalam bentuk percakapan. Sehingga akan terlihat kesopanan dalam berbicara dan bersikap. Hendaknya memang pengenalan dan penggunaan unggah-ungguh anak perlu ditingkatkan. Bukan hanya melalui pembelajaran, namun juga harus dimulai dalam lingkungan keluarga. Dengan begitu, para Siswa tidak merasa bahwa berbahasa jawa dengan unggah-ungguh ini tidak hanya sekedar tuntutan dalam pembelajaran disekolah. Tetapi dalam kehidupan bermasyarakat khususnya di Jawa Tengah bisa diterapkan dalam berinteraksi sosial. Dengan membiasakan berunggah-ungguh, akan terbentuk pribadi yang baik dan berkarakter.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Kholifah Martha Yunsyah, S.Pd., Guru Bahasa Jawa
Editor: Tim Humas
Beri Komentar