“Pembelajaran kolaborasi merupakan pembelajaran yang melibatkan kerja sama antar guru, baik guru mata pelajaran sejenis maupun guru mata pelajaran yang berbeda”
Pada hari Kamis, 24 Februari 2022, saya – guru mata pelajaran matematika – bersama-sama dengan Pak Anden Priyono, M.Kom – guru Pemrograman Web dan Perangkat Lunak – bereksperimen melaksanakan pembelajaran secara bersama-sama, atau bisa dikatakan pembelajaran berbasis kolaborasi antar mata pelajaran. Pada awalnya kami berkeinginan melaksanakan pembelajaran kolaborasi antar mapel ini dengan guru mata pelajaran yang lain, seperti Bahasa Indonesia, Design Grafis, bahasa Inggris, atau mata pelajaran lain yang sekiranya bisa dilakukan kolaborasi. Namun memperhatikan situasi dan kondisi yang masih belum memungkinkan, maka kami mengurungkan niat tersebut. InSya Allah pada kesempatan berikutnya rencana itu akan direalisasikan oleh rekan guru yang lain. Keinginan kami waktu itu mengajak guru design grafis, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris untuk berkolaborasi, dengan pertimbangan bahwa pada proses penilaian nanti, siswa harus mempresentasikan produknya melalui video. Tentu saja aspek penilaian segi artistik design perancangan video menjadi ranah mata pelajaran design grafis. Untuk mata pelajaran bahasa Indonesia berkaitan dengan aspek penilaian kaidah dan sistematika penulisan suatu laporan. Sedangkan mata pelajaran Bahasa Inggris mungkin saja laporan akhirnya harus disusun menggunakan bahasa Inggris, dan ini menjadi ranah penilaian guru Bahasa Inggris.
Tujuan
Apa sebetulnya tujuan yang ingin dipetik dari pembelajaran kolaborasi antar mapel ini ?
Untuk mencapai tujuan di atas, saya mencoba mengolaborasikan antar mata pelajaran untuk menghasilkan satu proyek atau produk.
Persiapan
Aktifitas siswa
Prosedur awal yang akan dilakukan siswa adalah mempelajari materi dilatasi melalui media yang dirancang sendiri oleh guru, yaitu berupa video tutorial dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Interaktif dari aplikasi Liveworksheet. Selanjutnya hasil kerja siswa dari LKPD tersebut dikirim siswa ke kantong tugas Google Class Room sebagai bahan penilaian awal. Berikutnya siswa mempelajari materi tentang keyword function JavaScript, melalui video tutorial rancangan guru. Dengan menyelesaikan latihan-latihan pemrograman sederhana tentang penggunaan tag function, diharapkan siswa lebih memahami materi. Melalui proses algoritma pemrograman, siswa mencoba mengeksplorasi pengetahuan dilatasi kedalam penulisan tag-tag javascript untuk merancang program berkaitan dengan dilatasi. Pada akhirnya, siswa mendokumentasikan produk hasil karyanya dalam bentuk video disertai narasinya, dilengkapi dengan laporan penulisan tag-tag HTML dan Java Script. Dokumen inilah yang akan digunakan guru sebagai salah satu unsur bahan penilaian.
Peran guru
Peran guru sebagai motivator dan fasilitator difasilitasi dengan pemanfaatan media “WA Group Kolaborasi”. Group tersebut dibuat untuk mengelola pembelajaran kolaborasi ini. Siswa menyampaikan kendala yang dihadapi saat proses perancangan produk melalui platform tersebut. Saya dan Pak Anden, membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan solusi yang tepat guna mengatasi kendala yang dihadapi siswa. Permasalahan yang sering muncul adalah : 1). ketidak telitian siswa dalam menerapkan algoritma pemrograman, sehingga berdampak tidak berjalannya program seperti yang diharapkan. 2). Tidak lengkapnya penulisan tag HTML sehingga tampilan huruf (font) tidak terbaca secara jelas.
Harapan kami
Alhamdulilah, rangkaian kegiatan pembelajaran berjalan lancar seperti harapan kami, meskipun pembelajaran berlangsung secara on-line. Dan, hampir tidak ada kendala berarti yang muncul. Salut dan apresiasi setinggi-tingginya kepada siswa yang telah aktif dan bersemangat mengikuti pembelajaran. Hal ini terbukti bahwa komunikasi yang dibangun melalui medsos “WA group kolaborasi” ramai dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh siswa. Sebagian besar siswa mampu menuntaskan produknya dengan baik dan tepat waktu. Dari 36 siswa yang hadir, 25 siswa telah menyelesaikan produknya dengan benar. Sebagian kecil siswa yang lain masih dalam proses penyelesaian. Kami tetap memantau dan melakukan komunikasi kepada siswa tersebut, hingga mereka mampu menyelesaikan produknya.
Demikian, sekedar pengalaman nyata yang bisa kami bagikan. Semoga bermanfaat. Harapan kami bahwa model pembelajaran kolaborasi antar mapel seperti ini bisa dikembangkan lebih lanjut, serta melibatkan lebih banyak mata pelajaran lagi. Semoga
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Memed Wachianto, S.Pd., Guru Mapel Matematika
Beri Komentar