Semarang-Workshop Penguatan Pembelajaran yang digelar di Ruang Baita Adiguna SMKN 10 Semarang pada Kamis dan Jumat, 28-29 November 2024, menjadi ajang penting bagi para guru untuk memperdalam pemahaman mereka tentang kompetensi pengajaran. Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni Budaya Yogyakarta, Budi Saptoto, S.Pd., M.Pd., yang membahas secara mendalam Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 2626/B/Hk.04.01/2023 tentang Model Kompetensi Guru.
“Kompetensi guru harus terus dikembangkan agar mereka mampu menghadirkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,” ujar Budi Saptoto dalam sesi pembukaannya. Ia menjelaskan empat kompetensi utama yang harus dimiliki guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik, menurutnya, merupakan kemampuan mengelola pembelajaran yang memusatkan perhatian pada pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan kompetensi kepribadian berfokus pada integritas moral, keteladanan, dan tanggung jawab guru sebagai pendidik.
Pada hari pertama, para peserta mendapat penjelasan tentang pentingnya komunikasi efektif dalam kompetensi sosial. “Kemampuan guru untuk berinteraksi dengan peserta didik, sesama rekan kerja, dan masyarakat sekitar adalah kunci keberhasilan dalam pembelajaran,” tambah Budi. Sementara itu, kompetensi profesional menekankan penguasaan materi ajar yang mendalam, yang harus dipadukan dengan strategi pembelajaran berbasis peserta didik.
Hari kedua workshop difokuskan pada pengembangan kreativitas dan berpikir kritis. Dalam paparannya, Budi Saptoto menjelaskan dimensi kreativitas yang mencakup keterampilan berpikir kreatif, penguasaan pengetahuan teknis, serta motivasi untuk terus berkembang. Ia juga menguraikan proses berpikir kreatif yang melibatkan tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. “Tahap iluminasi sering kali menjadi momen ‘aha’ bagi guru, ketika ide-ide baru muncul setelah refleksi mendalam,” jelasnya.
Selain itu, metode berpikir kritis juga dibahas secara mendalam, mulai dari observasi, analisis, hingga evaluasi. Budi menekankan bahwa kemampuan berpikir kritis diperlukan untuk menghadapi tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks. “Guru harus mampu memprioritaskan masalah, membedakan opini dari fakta, serta melakukan refleksi secara objektif untuk memastikan tindakan yang diambil sesuai konteks,” katanya.
Workshop ini juga memperkenalkan pendekatan Project-Based Learning (PBL) sebagai salah satu metode pembelajaran yang relevan untuk menghadapi tuntutan abad ke-21. Dalam PBL, siswa diajak menyelesaikan proyek nyata yang memadukan pemecahan masalah, kolaborasi, dan kreativitas. Budi menjelaskan, “PBL menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran, sementara guru berperan sebagai fasilitator. Proses ini akan membantu siswa mengembangkan keterampilan kritis dan kreatif.”
Kepala SMKN 10 Semarang, Ardan Sirodjuddin, M.Pd., yang hadir dalam kegiatan tersebut, menyampaikan harapannya agar para peserta mampu mengimplementasikan materi yang telah disampaikan. “Kami berharap workshop ini dapat menjadi penguat untuk menciptakan kelas-kelas yang lebih kreatif dan menyenangkan. Semoga guru-guru kami bisa menjadi inspirasi bagi siswa dalam mengembangkan potensi terbaik mereka,” ungkapnya.
Antusiasme para guru terlihat dari sesi diskusi yang berlangsung dinamis, di mana mereka berbagi pengalaman dan gagasan tentang cara menerapkan kompetensi dan metode yang telah dipelajari dalam pembelajaran sehari-hari. Workshop ini diharapkan mampu mendorong peningkatan kualitas pendidikan di SMKN 10 Semarang, dengan guru-guru yang lebih siap menghadapi tantangan zaman.
Penulis : Dini Riyani, S.Pd, Guru Bahasa Indonesia SMKN 10 Semarang
Keren guru SMKN10 Semarang
Alhamdulillah semoga dengan workshop ini semakin banyak memberikan manfaat
Semangat menambah wawasan dalam proses pembelajaran💯👍
Beri Komentar