SEMARANG-Workshop Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa tahun 2024 dengan tema “Penguatan Pembelajaran Sastra pada Muatan Lokal Bahasa Jawa Jenjang SMK” sukses digelar di SMKN 1 Bancak, Kabupaten Semarang, pada 19 September 2024. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Cabang Dinas Wilayah 1 ini dihadiri oleh para bapak dan ibu guru Bahasa Jawa dari wilayah yang sama. Mereka mengikuti rangkaian materi yang disampaikan oleh dua narasumber yang berpengalaman, yaitu Ibu Ucik Fuadhiyah, S.Pd., M.Pd., dan Ibu Alfiah, S.Pd., M.Pd.
Workshop ini bertujuan untuk memperkuat kompetensi guru-guru dalam memahami dan mengajarkan sastra Jawa, khususnya dalam konteks kurikulum merdeka muatan lokal (mulok). Materi pertama dibawakan oleh Ibu Ucik Fuadhiyah yang mengupas tentang khazanah kasusastran Jawa dalam kurikulum merdeka. Ia menekankan pentingnya melestarikan nilai-nilai budaya Jawa melalui sastra, serta bagaimana muatan lokal Bahasa Jawa harus diintegrasikan secara kreatif dan relevan dalam pembelajaran di sekolah. Dengan pendekatan ini, para guru diharapkan mampu mengenalkan lebih dalam kekayaan sastra Jawa kepada siswa, termasuk jenis-jenis karya sastra tradisional seperti geguritan dan cerkak.
Pada sesi berikutnya, Ibu Alfiah, S.Pd., M.Pd., memberikan pemaparan yang lebih praktis tentang desain pembelajaran sastra Jawa yang menyenangkan. Ia menekankan pentingnya metode kreatif dalam menyampaikan materi sastra agar siswa tidak hanya tertarik tetapi juga terlibat aktif dalam proses belajar. Pembelajaran yang berbasis proyek dan pemanfaatan media digital juga disarankan agar pembelajaran sastra lebih kontekstual dan menarik. Dengan demikian, siswa dapat lebih mudah memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra Jawa, sehingga pembelajaran tidak terasa kaku dan monoton.
Selain memperkaya pemahaman para guru tentang kasusastran Jawa, workshop ini juga dirancang untuk mendorong mereka menghasilkan karya sastra. Setiap peserta diminta membuat karya sastra dalam bentuk geguritan dan cerkak, yang kemudian akan dikumpulkan dan diterbitkan dalam bentuk buku antologi sastra Jawa. Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis guru-guru, tetapi juga sebagai wujud nyata pelestarian dan pengembangan karya sastra Jawa di tingkat sekolah menengah kejuruan.
Antusiasme peserta terlihat jelas sepanjang kegiatan. Para guru mengapresiasi materi yang disampaikan oleh narasumber, serta diskusi yang interaktif selama workshop berlangsung. Banyak di antara mereka merasa bahwa workshop ini memberikan pemahaman baru sekaligus motivasi untuk lebih serius dalam mengajarkan sastra Jawa. Mereka berharap karya sastra yang dihasilkan nantinya tidak hanya menjadi koleksi pribadi, tetapi juga bisa menjadi inspirasi bagi siswa dalam menggali potensi mereka di bidang sastra.
Kegiatan ini menjadi penting karena menyadarkan kembali akan peran guru sebagai agen pelestari budaya. Melalui pembelajaran sastra Jawa yang kreatif dan menyenangkan, diharapkan siswa tidak hanya mengenal tradisi sastra yang kaya, tetapi juga mencintai bahasa dan budaya Jawa. Para guru juga didorong untuk terus berinovasi dalam mengembangkan metode pengajaran yang relevan dengan kebutuhan dan minat siswa saat ini, sehingga pembelajaran sastra Jawa dapat tetap hidup dan berkembang di era modern.
Dengan terselenggaranya workshop ini, Cabdin Wilayah 1 berharap agar para guru yang telah mengikuti pelatihan dapat menerapkan ilmu yang mereka dapatkan di sekolah masing-masing. Kegiatan ini juga menjadi langkah awal dalam mempersiapkan guru-guru Bahasa Jawa menghadapi tantangan kurikulum merdeka, terutama dalam muatan lokal. Diharapkan, hasil karya yang dihasilkan tidak hanya menjadi bukti kemampuan menulis sastra, tetapi juga sebagai media untuk memperkaya bahan ajar yang kreatif dan menyentuh nilai-nilai budaya.
Secara keseluruhan, workshop ini memberikan dampak positif dalam meningkatkan kualitas pengajaran sastra Jawa di jenjang SMK. Para peserta kini memiliki bekal yang lebih kuat untuk mengintegrasikan kasusastran Jawa dalam pembelajaran sehari-hari, dengan pendekatan yang lebih menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Ke depan, diharapkan kegiatan serupa dapat terus dilakukan untuk menjaga keberlangsungan dan pengembangan budaya sastra Jawa, baik di kalangan guru maupun siswa.
Penulis : Kholifah Marta Yunsyah, S.Pd, S.Pd, Guru Basa Jawa SMKN 10 Semarang
Mantap.
Beri Komentar