Yogyakarta-Pagi ini, Jumat, 2 Agustus 2024, sesi ketiga Diklat Manajerial Peningkatan Kompetensi Kepala SMK Pusat Keunggulan berlangsung dengan sangat menarik. Para peserta, yang terdiri dari kepala sekolah SMK unggulan di Jawa Tengah, BAli dan Daerah Istimewa Yogyakarta, mendapatkan kesempatan berharga untuk menyimak materi dari narasumber hebat, Bapak Prof. Suyanto. Waktu yang dialokasikan terasa berlalu begitu cepat karena daya tarik dan relevansi materi yang disampaikan.
Tema yang diusung oleh Prof. Suyanto adalah “Growth Mindset” yang didasarkan pada The Pygmalion Effect. Dalam paparannya, Prof. Suyanto menjelaskan bahwa Efek Pygmalion atau self-fulfilling prophecy adalah fenomena di mana ekspektasi seseorang terhadap orang lain dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut sehingga sesuai dengan ekspektasi awal. Dengan kata lain, apa yang kita percayai tentang seseorang dapat menjadi kenyataan.
Lebih lanjut, Prof. Suyanto menegaskan bahwa kesuksesan seorang kepala sekolah sangat bergantung pada mindset yang benar dan tindakan yang benar. Sebaliknya, kepala sekolah yang gagal biasanya memiliki mindset yang salah dan tindakan yang salah. Narasumber juga menguraikan bahwa mindset adalah kumpulan kepercayaan yang menentukan reaksi dan pemaknaan seseorang terhadap situasi yang dihadapi. Perbedaan utama antara fixed mindset dan growth mindset terletak pada keyakinan mereka: penganut fixed mindset percaya bahwa talenta adalah segalanya dan harus selalu terlihat pandai, sementara penganut growth mindset yakin bahwa kecerdasan adalah hasil dari proses belajar dan berjuang.
Prof. Suyanto juga mengaitkan growth mindset dengan empat aspek penting lainnya: attitude (sikap), behavior (perilaku), character (karakter), dan habits (kebiasaan). Pola pikir tumbuh adalah sikap positif terhadap kemampuan diri sendiri. Individu dengan growth mindset memiliki sikap terbuka terhadap pembelajaran dan selalu mencari cara untuk meningkatkan diri. Sikap positif ini kemudian bermanifestasi dalam perilaku. Mereka cenderung lebih gigih dalam menghadapi kesulitan, lebih terbuka terhadap umpan balik, dan lebih sering mencari tantangan baru. Pola pikir tumbuh membentuk karakter yang tangguh, ulet, dan optimis. Individu dengan growth mindset lebih percaya diri dalam menghadapi kegagalan dan cenderung melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar. Pola pikir tumbuh juga membentuk kebiasaan belajar yang baik. Mereka cenderung lebih sering membaca, melakukan refleksi diri, dan mencari pengetahuan baru.
Narasumber juga menjelaskan bagaimana growth mindset dapat berkembang. Pengalaman masa kecil, seperti pujian yang berfokus pada usaha daripada hasil, dapat membantu mengembangkan pola pikir tumbuh. Lingkungan sosial, seperti keluarga, sekolah, dan teman sebaya, juga berperan penting dalam membentuk pola pikir. Selain itu, growth mindset dapat dipelajari dan dikembangkan melalui berbagai program pelatihan dan intervensi.
Kepala SMKN 10 Semarang, Bapak Ardan Sirodjuddin, M.Pd, menunjukkan antusiasme tinggi dalam mengikuti paparan dari Prof. Suyanto. “Materi yang luar biasa bagus. Siap untuk didesiminasikan kepada guru-guru di SMKN 10 Semarang,” ujar Ardan dengan semangat.
Diklat ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi para kepala sekolah SMK unggulan dalam meningkatkan kompetensi mereka, sehingga mampu menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik dan berprestasi.
Penulis : Ardan Sirodjuddin, M.Pd, Kepala SMKN 10 Semarang
Beri Komentar