Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka, Jumat (11/2/2022). Harapannya untuk mewujudkan program Merdeka Belajar. Melalui itu bisa mewujudkan visi Presiden Joko Widodo untuk mencapai Sumber Daya Manusia (SDM) unggul.
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Struktur Kurikulum Merdeka yang lebih fleksibel, fokus pada materi yang esensial. Selain itu juga memberikan keleluasan bagi Guru untuk menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
Karakteristik utama dari kurikulum ini yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil Pelajar Pancasila; fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi; dan fleksibilitas bagi Guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Terkait Kurikulum Merdeka, Nadiem mengatakan, satuan pendidikan diberikan kebebasan menentukan tiga kurikulum yang akan dipilih. Pilihan pertama, Kurikulum 2013 secara penuh, pilihan kedua Kurikulum Darurat, yaitu Kurikulum 2013 yang disederhanakan, dan pilihan ketiga adalah Kurikulum Merdeka. Di samping itu, lanjut Menteri Nadiem, penyederhanaan kurikulum darurat ini efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran “Sekolah-sekolah yang pindah ke kurikulum darurat, kemudian Sekolah Penggerak yang kini menerapkan Kurikulum Merdeka, learning loss-nya ada yang berkurang hingga 50 persen,” jelasnya.
Pada SMKN 10 Semarang menerapkan dua kurikulum yaitu untuk kelas X menggunakan Kurikulum Merdeka dan untuk kelas XI dan XII menggunakan Kurikulum 2013 (K13). Untuk kelas X lebih merdeka dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek. Contohnya pada kelas X Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO) yang membahas mengenai Dasar Teknik Otomotif (DTO): (1) Peserta Didik mewawancarai obyek dengan serius dan mendapatkan semua informasi yang diinginkan; (2) Peserta Didik mampu mempresentasikan hasil observasi dengan sikap yang baik, dipahami audiens dan mampu berdiskusi; (3) Peserta Didik mampu mampu menyusun laporan hasil observasi secara lengkap dan memenuhi tata tulis penyusunan laporan.
Harapannya dengan adanya observasi langsung ke bengkel, Peserta Didik dapat aktif dan mengerti karena dapat melihat langsung ke lapangan dan tidak cuma berhayal atau melihat gambar dari dalam kelas.
Penulis: Muhammad Rizqi Alvian., MahaSiswa UNNES Lantip Angkatan 2 di SMKN 10 Semarang
Editor: Tim Humas
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Beri Komentar