Mencari kerja bagi lulusan SMK merupakan fenomena yang patut mendapatkan perhatian serius. Seperti kita ketahui secara umum masyarakat menganggap bahwa sekolah di SMK menjadi tumpuan untuk memperoleh pekerjaan. Namun kenyataannya, lulusan SMK masih menjadi penyumbang tertinggi Tingkat Pengangguran Terbuka dibandingkan lulusan dari sekolah pada jenjang yang sama. Data dari survei ketenagakerjaan yang dilakukan oleh BPS menunjukkan bahwa kontribusi lulusan SMK yang menganggur terhadap pengangguran nasional selalu meningkat untuk tiap tahunnya dengan jurusan teknik otomotif menjadi kontributor pengangguran terbesar. (https://ariewibowo.id/profil-lulusan-smk-terhadap-tingkat-penyerapan-tenaga-kerja-di-indonesia-tahun-2018-2019/)
Sementara jumlah lulusan yang meningkat tajam setiap tahun, kita dapat belajar bahwa pengembangan sikap mental kewirausahaan lulusan SMK memiliki nilai strategis. Tujuannya agar penyelenggaraan pendidikan di SMK tidak hanya difokuskan pada penyiapan lulusan menjadi tenaga kerja DUDI melainkan juga fokus pada pembentukan karakter kewirausahaan lulusan. Karena sesungguhnya kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Dalam penelitian Winarno (2009) disimpulkan bahwa materi ajar dan strategi pembelajaran kewirausahaan yang diberikan di SMK saat ini tidak cukup efektif dalam mengembangkan nilai-nilai kewirausahaan siswa. Demikian pula pemahaman dan pengalaman kewirausahaan para pengelola (wali kelas, guru dan pembimbing) ternyata belum sepenuhnya mendukung pencapaian tujuan pengembangan karakter kewirausahaan. Pengembangan nilai-nilai kewirausahaan utamanya di SMK memerlukan pendekatan yang tepat.
Sebagai guru produktif Pendidikan Kewirausahaan pada Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan Kapal, penulis merasa bahwa pengembangan materi ajar, metode pembelajaran, dan sistem penilaian hasil belajar seharusnya fokus mengacu kepada indikator karakter kewirausahaan. Artinya umuk mengembangkan dan membentuk kompetensi dan karakter kewirausahaan lulusan melalui desain model pembelajaran yang mengintegrasikan materi ajar, metoda pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran program produktif SMK. Karena materi pembelajaran produktif selama ini lebih berisi keterampilan teknis (produktif) dengan menekankan pembuatan/penciptaan produk atau jasa, akan tetapi tidak dikaitkan dengan pengembangan karakter kewirausahaan,
Metoda pembelajaran produktif yang lebih banyak dipilih guru adalah ceramah dan penugasan dan penilaian hasil belajar program produktif kurang menekankan penilaian proses tapi lebih banyak menekankan penilaian hasil (produk). Desain model pembelajaran yang penulis gunakan untuk hal tersebut adalah Pembelajaran berbasis kerja (Work-Based Learning=WBL). WBL adalah pendekatan pembelajaran yang memanfaatkan tempat kerja (di dunia usaha/industri) untuk menstrukturkan pengalaman-pengalaman yang didapat di tempat kerja berkontribusi pada sosial, akademik, dan pengembangan karir siswa. Dengan WBL,siswa dapat mengembangkan karakter kerja, sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), pencerahan (insight), perilaku (behavior), kebiasaan (habits), dan pergaulan (associations) dari pengalaman–pengalaman kedua tempat dan memungkinkan terjadi pembelajaran yang terkait dengan aktivitas bekerja nyata. Samsudi. (https://media.neliti.com/media/publications/83117-none-10605adc.pdf)
Penulis menerapkan model ini di kelas XII TPK SMK N 10 Semarang. Desain pengembangan difokuskan pada tiga aspek secara terintegratif yaitu; (1) pengembangan materi pembelajaran difokuskan pada kegiatan teknis (produktif) dengan menekankan pembuatan/penciptaan barang atau jasa, namun sekaligus dikaitkan dengan pengembangan karakter kewirausahaan; (2) metode pembelajaran menekankan penugasan dan/atau project-work; (3) penilaian menerapkan teknik penilaian unjuk kerja dengan menekankan proses dan hasil (produk) pembelajaran. Materi dirancang berbasis pembuatan produk dengan tekanan karakter kewirausahaan; metoda didesain dengan penugasan dan/atau project-work, sedangkan penilaian didesain dengan teknik unjuk kerja yang menekankan penilaian proses dan produk.
Praktek kerja industri adalah salah satu bentuk dari pengembangan WBL yang dapat dilakukan lembaga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam meningkatkan keterampilan yang tidak didapatkan pada proses pembelajaran di sekolah. Praktek Kerja Industri sendiri merupakan bentuk awal kerjasama yang dilakukan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI), dalam menumbuh kembangkan budaya industri ke siswa yang telah mengikuti program tersebut.
WBL adalah pengalaman pendidikan yang penting yang membantu mengembangkan keterampilan dasar yang akan dibutuhkan menuju masa kedewasaan. Melalui WBL kita dapat mengambil pembelajaran di luar kelas. Siswa dapat menghubungkan kelas dan pembelajaran berbasis pekerjaan sehingga diharapkan dapat membantu mempersiapkan siswa untuk sekolah dan memikirkan langkah karir di masa depan.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Anik Yuswanti, S.Pd., Guru Mapel Produktif Teknik Pemesinan Kapal
Editor: Tim Humas
Luar biasa
SMKN 10 HEBAT ,GURU-GURUNYA SEMAKIN HEBAT.
Bagus…..bisa dijadikan reverensi model pembelajaran
WBL ditematikkan dan kolaboratif tim dengan guru lain plus diarahkan pada O2 (Order dan omset), ini keren jika dapat di implementasikan secara berkelanjutan….#KWUterpadu
Luar Biasa Bu.. inspiratif❤️
sukses selalu untuk guru – guru dan siswa smkn 10 semarang semoga menjadi wirausaha – wirausaha
Beri Komentar