Budaya kerja industri yang diterapkan di lingkungan pendidikan kejuruan dapat memberikan dampak signifikan terhadap kesejahteraan seluruh pihak yang erat dengan sekolah atau yang disebut sebagai school well-being. Menurut hasil penelitian dalam jurnal pendidikan internasional, school well-being erat kaitannya dengan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan keterampilan kerja profesional serta kesejahteraan psikologis peserta didik (Carneiro et al., 2021). Menerapan nilai-nilai industri disekolah dapat menciptakan lingkungan yang lebih terstruktur, produktif, dan memberikan kenyamanan bagi peserta didik dan guru.
Budaya kerja industri mencakup keterampilan teknis dan non-teknis yang sangat diperlukan di tempat kerja, seperti kedisiplinan, ketepatan waktu, dan fokus pada produktivitas. Menurut Martins et al. (2022), budaya kerja ini meningkatkan kapasitas peserta didik dalam menghadapi tekanan, mengembangkan ketahanan mental, serta mengajarkan tanggung jawab individu dan kerja sama. Bagi sekolah, budaya ini mampu mendukung kesejahteraan mental dan emosional peserta didik dengan memberi mereka gambaran nyata mengenai dunia kerja serta keterampilan yang relevan.
Di beberapa negara maju, penerapan budaya industri di sekolah telah terbukti meningkatkan rasa tanggung jawab dan motivasi peserta didik. Sebagai contoh, sistem pendidikan Jerman yang berbasis dual system mengintegrasikan pengalaman kerja industri dalam kurikulum sekolah, yang telah menunjukkan peningkatan kesiapan kerja peserta didik sekaligus meningkatkan school well-being (Koch & Bremer, 2020). Pengajaran berbasis industri mampu mengurangi stres dan kecemasan terkait ketidakpastian dunia kerja di masa depan, karena peserta didik mendapatkan pelatihan langsung dan pemahaman yang lebih baik tentang karier mereka (Nguyen et al., 2020).
Di Indonesia, terutama di SMK, implementasi budaya kerja industri dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari penerapan Standard Operational Procedure (SOP) dalam kegiatan sehari-hari hingga penekanan pada efisiensi kerja, seperti konsep 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke). Menurut Chen et al. (2023), konsep seperti ini terbukti efektif dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas di lingkungan pendidikan serta meningkatkan keterlibatan peserta didik.
Budaya kerja industri dapat diterapkan melalui praktik magang, kunjungan industri, dan kolaborasi dengan perusahaan lokal untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Kegiatan ini tidak hanya memperkenalkan peserta didik pada tuntutan industri tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri mereka serta kesejahteraan psikologis, karena peserta didik merasa lebih siap menghadapi dunia kerja yang nyata (Brown & Green, 2021).
Mengintegrasikan budaya kerja industri ke dalam kurikulum sekolah terbukti memberikan dampak positif pada school well-being peserta didik. Membangun suasana belajar yang menyerupai lingkungan industri, peserta didik memiliki struktur kerja yang jelas dan terpola, yang membantu mereka merasa lebih aman dan nyaman di sekolah. Hal ini selaras dengan penelitian yang menyatakan bahwa lingkungan sekolah yang tertata baik dan terstruktur mendukung kesejahteraan emosional dan mental peserta didik (Jones & White, 2022).
Penerapan budaya kerja industri juga berdampak positif bagi guru. Menurut penelitian oleh Wang et al. (2023), guru yang bekerja dalam lingkungan sekolah dengan budaya kerja industri cenderung merasa lebih puas dan termotivasi karena mereka dapat melihat perkembangan keterampilan dan kesiapan kerja peserta didik secara langsung. Seluruh pihak sekolah akan lebih sejahtera dan siap menghadapi tantangan dunia kerja di masa depan.
Penerapan budaya kerja industri dalam sekolah kejuruan memberikan kontribusi besar terhadap penciptaan school well-being. Mengintegrasikan keterampilan dan nilai-nilai industri kepada peserta didik membuat mereka lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin dinamis, sekaligus merasa lebih nyaman dan termotivasi di lingkungan sekolah. Agar manfaat budaya kerja industri ini optimal, diperlukan dukungan dari semua pihak, termasuk sekolah, pemerintah, dan industri. Implementasi ini dapat menjadi langkah strategis dalam menciptakan generasi muda yang kompeten dan sejahtera secara psikologis serta sosial.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Penulis: Ilham Agum Fitra Anggesa, S.Pd., Guru Produktif Teknik Pengelasan
Penyunting: Tim Humas dan Literasi
Mantap👍💯
Sangat menginspirasi 👍
Mantap.
Beri Komentar