Udara dingin Kota Cimahi masih terasa ketika tulisan ini saya buat. Ini adalah cara saya untuk belajar memahami materi yang diberikan narasumber. Kali ini masih melanjutkan materi Pembelajaran Berdiferensiasi. Materi yang masih banyak guru belum memahami apalagi mengimplementasikan dalam pembelajaran di kelas sebagai bagian dari Implementasi Kurikulum Merdeka. Catatan ini sebagai upaya memberikan pencerahan kepada saya sendiri dan teman-teman guru yang lain. Mumpung dapat dari narasumber hebat di BBPPMPV BMTI Cimahi.
Bagaimana mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid? Dalam paparannya mengutip Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid berdasarkan 3 aspek, yaitu (1) Kesiapan belajar, (2) Minat, dan Profil Belajar.
Mari kita perjelas satu persatu. Yang pertama Kesiapan Belajar (readiness), adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.
Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid.
Dari gambar di atas dapat dijelaskan satu persatu. Baris pertama Bersifat mendasar menuju Bersifat transformatif. Saat murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, yang mungkin belum dikuasainya, mereka akan membutuhkan informasi pendukung yang jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk dapat memahami ide tersebut. Mereka juga akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide-ide tersebut. Selain itu, mereka juga membutuhkan bahan-bahan materi dan tugas-tugas yang bersifat mendasar serta disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Sebaliknya, saat murid dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka kuasai dan pahami, tentunya mereka membutuhkan informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif.
Baris kedua dari Konkret menuju Abstrak. Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak.
Baris ketiga dari Sederhana menuju Kompleks. Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi pada satu waktu, yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi pada satu waktu.
Baris keempat dari Terstruktur menuju Open Ended. Kadang-kadang murid perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di waktu lain murid mungkin siap menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.
Baris kelima dari Tergantung (dependent) menuju Mandiri (Independent). Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir, dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.
Baris keenam dari Lambat menuju Cepat. Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik yang lain.
Semakin menantang materi Pembelajaran Berdiferensiasi, maka semakin semangat kita untuk memahaminya. Pelan tapi pasti kita akan mencoba untuk menerapkan dalam pembelajaran di kelas. Sama persis dengan equalizer dari Tomlison di atas. Menutup catatan kali ini saya mengutip kata mutiara dari Firman Nofeki, seorang penulis dari Indonesia :”Dari hujan aku belajar bahasa air bagaimana berkali-kali jatuh tanpa sedikitpun mengeluh pada takdir”. Ayo tetap semangat belajar untuk memberikan layanan terbaik bagi siswa.
“SMK Negeri 10 Semarang, dari Semarang untuk Indonesia”
Cimahi, 12 Agustus 2022
Penulis : Ardan Sirodjuddin, Kepala SMKN 10 Semarang
Beri Komentar